INDODAILY.CO, CIAMIS – Kebutuhan akan daging ayam yang terus meningkat seiring perkembangan populasi manusia memberikan peluang bisnis yang cukup besar dan menjanjikan dalam berbisnis ayam potong.
Mayoritas masyarakat mengkonsumsi ayam, tak heran ayam potong merupakan salah satu bahan makanan pokok yang wajib tersedia di pasaran, baik kalangan menengah atas maupun kalangan bawah.
Dengan pasar yang masih terbuka lebar untuk ayam potong tersebut, seorang pemuda bernama Adam 32 tahun, asal Sindangkasih Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Jabar) memulai bisnis peternakan ayam potong dari tahun 2015.
Pada tahun 2015, Adam adalah orang pertama yang membudidaya ternak ayam potong dengan Kandang Modern di Kabupaten Ciamis. Karena sebelumnya, di Jawa Barat kandang modern itu baru ada di Tasikmalaya, Sumedang dan paling banyak di Bandung.
Kandang ayam modern di Indonesia sendiri sudah ada sejak tahun 2012, namun mulai dikenal dan mulai ramai digunakan di kalangan para peternak ayam dari tahun 2015. Beberapa para peternak yang sadar akan perubahan teknologi mulai beralih dari kandang tradisional ke kandang modern.
Perbedaannya yaitu, kandang modern dibantu dengan peralatan kipas kontrol unit, segala macam cooling pad untuk mengatur kelembaban. Karena menurut Adam, semakin kesini perubahan genetika ayam dari tahun 1980-1990 belum begitu baik, untuk umur 30 hari memiliki berat sekitar 1 kilo 3 ons.
“Namun semakin kesini, perubahan genetik terlihat. Untuk itu, orang-orang memilih ras ayam unggulan untuk dikawinkan, setelah itu kelihatan pertumbuhan ayamnya semakin cepat,” ucapnya kepada Indodaily.co Kamis (3/2/2022).
Semakin cepat pertumbuhan harus diimbangi dengan lingkungan ayam yang nyaman. Kandang-kandang tradisional tidak bisa memenuhi kriteria itu, seperti suhu lingkungan akan mempengaruhi kepada performa ayam. Maka, persentasi daging akan banyak dibanding ayam yang tidak nyaman hidup di kandang.
Tahun 2015, Adam mulai membangun kandang modern hanya satu kandang itu pun terjadi Trail Eror. Namun setelah tiga periode, karena potensi untuk menjadi lahan usaha terlihat bagus, maka pada tahun 2016 Dia menambah 2 kandang, jadi total sudah memiliki 3 kandang.
Dari tahun 2016, kemudian setiap tahun Adam bisa membangun satu kandang ayam modern. Sampai di tahun 2022, Dia sudah memiliki beberapa kandang modern. Ada di 4 lokasi kandang modern milik Adam. Untuk di Desa Jelat ada 6 Kandang dengan luas tanah 7,5 hektar, kemudian di Desa Kertaharja ada 4 kandang 5,5 hektar dan Sukadana 1 hektar.
“Tanahnya milik saya sendiri, karena kalau diproyeksikan untuk 20-30 tahun produksinya, ya harus milik sendiri. Sebab, kalau sewa itu tidak jelas, ditakutkan ketika beres kontrak, si pemilik tanah tidak memberikan perpanjangan sewa lahan,” ungkapnya.
Untuk investasi diawal, dulu Adam menghabiskan biaya Rp 4,5 miliar per kandang. Itu belum sarana produksi ternak seperti pakan dengan kondisi sekarang. Tetapi modal sarana itu terus berjalan.
Untuk omset, dihitung per 1 periode (50 hari) yaitu Rp 1,8 miliar per 1 kandang. Dengan rata-rata penjualan ayam potong dengan harga Rp 17-18 ribu perkilo, dengan total produksi bisa mencapai 85-90 ton per 1 periode.
Pada pertengahan tahun 2020 tepatnya di bulan april, harga daging ayam potong itu harganya sempat anjlok di angka Rp 6-7 ribu perkilo. Dikarenakan pada saat itu Covid-19 kembali melonjak sehingga dilakukan PPKM darurat oleh pemerintah, dan mengakibatkan penutupan pasar-pasar tradisional.
Adam mengatakan, penjualan pada saat itu mengalami penurunan. Hingga akhirnya untuk menghindari kerugian yang lebih parah, Adam mulai bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar seperti perusahaan Charoen Pokhphand dan Java Vomfeed.
Dua perusahaan besar itu, mengolah 20-30 persen ayam tersebut menjadi sumbergood, sosis, sonice, viesta dan lain-lain. Dan 70 persennya menjual ke pasar-pasar, kenapa paling banyak dijual ke pasar karena untuk kebutuhan rumah tangga dan rumah makan.
“Ke pasar ciamis hanya memasok sedikit, karena konsumsi ayam potong di ciamis itu tidak banyak. Malah paling banyak memasok daging ayam ke pasar Cikurubuk Tasikmalaya,” tukasnya.