INDODAILY.CO, OKI – Tradisi turun temurun dalam melestarikan adat dan budaya Midang Morge Siwe (Morge 9) dilaksanakan secara rutin pada hari raya Idul Fitri tepatnya lebaran ketiga dan keempat, menampilkan muda mudi berpakaian yang berasal dari beberapa Kelurahan yang ada di Kecamatan Kayuagung, merupakan adat istiadat yang turun temurun dilaksanakan.
Sebanyak 11 kelurahan yang ada di dalam Kecamatan Kayuagung menyemarakan Midang Morge 9 sebagai tradisi tontonan sejuta ummat.
Midang dalam istilah Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan masyarakat kayuagung. Midang ini sendiri menjadi hiburan bagi masyarakat terutama perantau yang pulang kampung sangat antusias menyaksikan tradisi ini.
Akan tetapi kontroversi midang Morge 9 ini tak lepas maraknya aksi pungutan dari beberapa oknum muda-mudi, bahkan oknum dari perangkat kelurahan yang sengaja meminta uang sumbangan dengan alasan untuk kegiatan midang.
Seperti yang disampaikan langsung oleh seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya, sebelum kegiatan midang selalu ada muda-mudi yang meminta sumbangan untuk kegiatan midang.
“Hampir setiap tahun minta sumbangan, alasannya sumbangan sukarela untuk kegiatan midang. Ya dari pada tidak dibantu nanti jadi omongan terpaksa sumbang saja,” ujar Warga.
Saat dikonfirmasi salah satu muda-mudi yang tidak ingin disebutkan namanya, ia menuturkan, sumbangan yang mereka minta kepada masyarakat itu bersifat sukarela tanpa ada paksaan, terkait ada tidaknya bantuan dari pemerintah mereka tidak mengetahui hal tersebut.
“Kami hanya meminta sumbangan, jika tidak diberi tidak apa-apa kami tidak memaksa yang jelas uang terkumpul dari hasil sumbangan untuk kegiatan midang. Kami saja bingung ada apa tidaknya bantuan dari pemerintah untuk kegiatan ini. Karena tidak pernah tahu, ingin bertanya langsung dengan pak lurah takut kesalahan,” tuturnya.
Sementara itu, Lurah Kayuagung Asli Idrus Susanto menjelaskan, bantuan dari Pemerintah Kabupaten OKI melalui Dinas Pariwisata tidak mencukupi untuk kegiatan midang.
“Anggaran dinas pariwisata itu sedikit hanya 11 juta, dipotong pajak PPH dan PPN jadi hanya 9,6 juta sementara biaya salon dan biaya upah tunggang tanjidor, biaya upah pegang payung sudah berapa itu saja kurang,” kata Idrus.
Idrus berdalih, jika di kelurahannya menyuruh muda mudi untuk melakukan pungutan sumbangan sukarela kepada masyarakat, melainkan pihaknya membuat proposal langsung untuk meminta sumbangan kepada orang yang lebih mampu.
“Jadi kami minta swadaya kompromi masyarakat tapi dengan satu catatan saya tidak meminta sumbangan dari masyarakat, melainkan meminta langsung kepada toko penjual emas. Tidak ada saya meminta kemana-mana sebab saya sudah mengetahui sebelumya bahwa masyarakat di kelurahan kayuagung asli itu rata-rata hanya menyumbang 5 ribu dan 10 ribu sudah ngomel panjang,” ujarnya.
Idrus menambahkan, kegiatan midang tidak dianggarkan dalam kegiatan Dana Kelurahan, ia menuturkan bukan rahasia umum di kelurahan dalam kecamatan kayuagung ini meminta sumbangan kepada masyarakatnya masing-masing.
“Dalam dana kelurahan tidak dianggarkan, itu murni bantuan dari dinas pariwisata, itu saja kelurahan-kelurahan lain di morge siwe juga meminta swadaya sumbangan kepada masyarakat untuk membantu,” tandasnya.
Menyikapi kontroversi pergelaran midang morge siwe, Ketua Puskaptis Kabupaten OKI, Harry Putra menyampaikan, untuk mengkoreksi bersama permasalahan yang ada mengingat peran Pemda OKI melalui Dinas Pariwisata terlalu minim memberikan bantuan untuk kegiatan midang morge siwe, mengingat kebutuhan dalam pelaksanaan tidak sedikit.
“Memang jika midang yang perlu kita koreksi bersama itu pemerintah daerah, dalam hal ini dinas pariwisata terkadang anggaran yang diberikan ke pihak kelurahan sangat tidak mencukupi belum lagi ada pemotongan dari oknum pariwisata, sementara kebutuhan biaya midang itu banyak seperti sewa baju muda mudi, membeli baju perangkat, biaya salon, biaya minum, biaya tanjidor belum lagi biaya tidak terduga lainnya. Karena dana dari pemerintah daerah minim, itu sebabnya para lurah menyetujui melakukan sumbangan kepada warga dengan sukarela demi mensukseskan gelaran midang,” kata Harry.
Harry menambahkan, peran serta Pemda OKI tidak terlalu serius dalam mengalokasikan anggaran untuk kegiatan rutin tahun ini, sementara midang morge siwe sudah termasuk dalam kategori potensi destinasi wisata unggulan Kabupaten OKI.
“Semestinya pemerintah daerah mengalokasikan anggaran midang itu secara lebih serius, karena kegiatan midang adalah salah satu potensi destinasi wisata unggulan Kabupaten OKI setiap tahun di nanti masyarakat dalam daerah maupun dari luar daerah sumsel, semestinya kegiatan midang adalah salah satu tujuan objek wisata tahunan,”
“Tapi hal ini tidak dianggap oleh pemerintah daerah sehingga pelaksanaan midang terkesan morat-marit, asal terlaksana saja. Tapi sebenarnya, tanpa bantuan masyarakat dengan cara mencari sumbangan berkemungkinan gelaran midang sulit dilaksanakan. Padahal acara midang sangat mengangkat dan membantu perekonomian masyarakat terutama masyarakat berjualan di kayuagung,” pungkasnya. (Ludfi)