INDODAILY.CO, PALEMBANG – Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) menjadi salah satu monumen penting bagi masyarakat Palembang, sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di masanya.
Monumen yang dibangun tahun 1947 tersebut, menjadi peringatan bagi perjuangan para pejuang dalam pertempuran 5 hari 5 malam untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
Dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Indonesia, para seniman di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) turut mengibarkan Sang Saka Merah Putih di pelataran Monpera Palembang.
Di bawah terik matahari pagi di Palembang, belasan musisi dari berbagai komunitas mengikuti upacara bendera dengan khidmat. Mulai dari Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS), Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) Palembang, Yayasan Kawan Lamo Galo, Paguyuban Slankers Sumsel, Gong Sriwijaya, Forum Teater Sekolah Sumsel (Fortas) dan komunitas seniman lainnya.
Ketua Dewan Kesenian Sumatera Selatan (Sumsel) periode 2023-2028 Iqbal Rudianti alias Didit berujar, pemilihan Monpera Palembang menjadi pas untuk peringatan Kemerdekaan Indonesia, karena menjadi tempat bersejarah dan simbol perjuangan. Serta lokasinya yang strategis yang masuk dalam aset pemerintah.

“Ini adalah pertunjukan upacara, yang baru pertama kali digelar. Dengan kegiatan ini, kita berharap ruang kesenian dan kolaborasi juga semakin lebar. Serta membuka mata hati ke semua lini, agar tidak menjadikan budaya ini sebagai pelengkap, tapi sebagai garda terdepan pembangunan kota,” ujarnya, Minggu (17/8/2025).
Menurutnya, kesenian bisa membuka identitas dan membanggakan suatu daerah, dengan adanya kolaborasi bersama oleh berbagai kalangan, termasuk dengan pemerintahan.
DKSS juga sedang merancang berbagai kegiatan untuk berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota di Sumsel.
“Kita akan gelar podcast seniman, untuk membantu para seniman mempromosikan seni dan tradisi daerah masing-masing,” katanya.
Ketua KPJ Palembang Loedy berujar, Monpera menjadi simbol perjuangan rakyat yang turut merepresentasikan musisi di Palembang yang juga cinta akan tanah air.
Dengan usia Indonesia yang semakin matang, KPJ Palembang juga berharap akan semakin meluas ruang-ruang bagi para musisi untuk terus berkarya, baik nasional hingga mancanegara.
Salah satu yang sedang disoroti KJP Palembang adalah, bagaimana menyikapi dan menyiasati isu royalti lagu ciptaan musisi yang sedang diperbincangkan di Indonesia. Sebagai musisi senior di Sumsel, dia mendukung hak eksklusif seniman yang menciptakan sebuah karya seni berupa musik.
“Tapi kami tidak mendukung cara oknum-oknum yang memungut uang royalti tersebut dengan tidak transparan. Itulah yang nanti akan kami gelar diskusinya tentang bagaimana bentuk penghargaan karya seni dalam bentuk royalti yang lebih transparan,” ucapnya.