Dari Serambi Literasi Menuju Kemandirian Petani Kopi Lahat Sumsel

Petani kopi di Lahat, Abi Lababa yang juga penggerak Serambi Literasi dan Petani Kite yang menjadi mitra binaan CSR PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel - Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)
Petani kopi di Lahat, Abi Lababa yang juga penggerak Serambi Literasi dan Petani Kite yang menjadi mitra binaan CSR PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel - Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)

PALEMBANG, INDODAILY.CO – Hamparan lahan kopi yang sudah panen, tergambar jelas ketika memasuki beberapa sudut Desa Serambi Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat Sumatera Selatan (Sumsel). Di siang hari yang panas terik, beberapa petani disibukkan untuk membereskan lahannya dari sampah dedaunan yang jatuh seusai beterbangan dari pohon-pohon di sana.

Berbeda di kedai Kopi Petani Kite. Suara riuh terdengar jelas di salah satu ruangan. Aroma kopi yang khas menyeruak ketika biji-biji kopi digiling menggunakan mesin penggiling. Pemilik usaha Kopi Petani Kite, Abi Lababa (26), sedang disibukkan menggiling biji kopi yang sudah layak untuk diolah dan diedarkan ke pasar.

Di tengah ruangan, berjejer rak kayu menempel di dinding dengan berhiaskan tumpukan buku-buku bacaan. Mulai dari ilmu pengetahuan, pengolahan kopi hingga ilmu agama.

Papan kayu bertuliskan ‘Kami berdikari tanpa naungan dan intervensi manapun, karena gerakan literasi adalah gerakan kesadaran’, seolah menjadi pendorong semangat untuk memulai membaca satu per satu buku yang tersedia.

Buku-buku itu menjadi saksi bisu bagaimana Abi dan rekan-rekannya memulai membangun Serambi Literasi, gerakan literasi bagi anak-anak di desanya untuk memanfaatkan waktu belajar bersama, membahas apapun yang bisa menambah pengetahuan dan berdiskusi tentang hal-hal positif, termasuk mengajak untuk kembali membaca buku fisik.

Bacaan Lainnya

Sarjana Administrasi Publik Universitas Prof. Dr. Hazairin (Unihas) Bengkulu itu ingat betul, di tahun 2020 lalu ketika lulus kuliah dan kembali ke kampung halamannya, dia melihat banyak sekali anak-anak muda yang berkumpul bersama, nongkrong hingga larut malam dan menghabiskan waktu sia-sia. Bahkan anak-anak muda di sana, sering tawuran antardesa yang membuat suasana di kampungnya kurang aman.

Susunan buku-buku yang menjadi salah satu bagian dari gerakan Serambi Literasi, yang mendapat dukungan CSR dari PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel - Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)
Susunan buku-buku yang menjadi salah satu bagian dari gerakan Serambi Literasi, yang mendapat dukungan CSR dari PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel – Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)

“Saat itu sedang COVID-19 dan anak-anak di sini sistem belajarnya online, tapi disalahgunakan, sampai sering adanya tawuran di sini. Akhirnya saya dan teman-teman punya niat untuk mengajak mereka kumpul bareng mengadakan kegiatan positif, sambil budayakan membaca. Kami juga sering mengajak kumpul di alam bebas, agar suasanya lebih santai,” ujarnya, Kamis (31/10/2024).

Diakuinya, sulit untuk membangun budaya membaca di tengah masyarakat. Dari 30 orang anak-anak, kini bersisa 5-10 orang anak-anak yang masih rajin bergabung dengan gerakannya. Namun keinginannya masih terus kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan informal generasi muda, di kampung halamannya.

Beruntungnya, gerakan Serambi Literasi dilirik oleh program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) – Fuel Terminal Lahat. Tahun 2021, Pertamina menyalurkan bantuan berupa rumah Taman Baca-Serambi Literasi, untuk menampung kegiatan literasi yang sudah dibangun oleh para pemuda di Lahat.

“Di Serambi Literasi, kami mendapat bantuan digital book beserta 1 set komputer. Dengan adanya pustaka digital ini, lebih mudah mengajak anak-anak muda di sini untuk belajar bersama. Bisa menonton berita dongeng, animasi, video pembelajaran yang bisa ditonton bersama. Kalau metode konvensional memang agak kerepotan,” ungkapnya.

Selain itu, edukasi tentang kopi juga diberikan ke anak-anak petani kopi di sana terkait pengolahan pascapanen kopi. Abi yang melanjutkan usaha kebun kopi milik keluarganya, sangat terbantu dengan bantuan dari Pertamina. Tak hanya dirinya saja yang mendapat edukasi, para anak petani kopi di Lahat juga mendapatkan pendampingan pengolahan kopi yang benar.

Efek positif dari pendampingan tersebut, mereka bisa menghadirkan bisnis baru bernama Petani Kite, di tengah bisnis kedai kopi yang makin menjamur. Dengan bantuan alat-alat roasting kopi hingga pengelolaan limbah kopi, kedai Petani Kite akhirnya resmi menjadi mitra binaan PT Pertamina Patra Nega Regional Sumbagsel – Fuel Terminal Lahat. Petani Kite menjadi wadah bagi para petani untuk bisa memproduksi dan memasarkan biji kopinya ke pangsa pasar yang lebih luas lagi.

Abi Lababa, penggerak Serambi Literasi dan Petani Kite, yang mendapat dukungan dari CSR PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel - Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)
Abi Lababa, penggerak Serambi Literasi dan Petani Kite, yang mendapat dukungan dari CSR PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel – Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)

Hal yang sampai sekarang masih terus diedukasikan Pertamina-Petani Kite, yakni membiasakan para petani untuk melakukan petik merah biji kopi, penjemuran yang sesuai dengan standar hingga pengemasan yang higienis.

Sebagai anak petani di Kabupaten Lahat, dia sudah paham dengan sistem penjualan kopi di daerahnya. Banyak bahan baku biji kopi yang berwarna hijau sudah dipetik dan dijual ke tengkulak. Harga yang dibandrol juga sangat murah, sedangkan kebutuhan pemeliharaan lahan kopi butuh banyak biaya.

“Jadi kami menyasar anak-anak petani yang akan mewariskan harta kebun kopi dari orangtuanya. Dari merekalah diajarkan, untuk mengelola biji kopi dengan baik, agar pemasarannya bisa mendapat nilai jual tinggi,” katanya.

Niatnya yang didukung Pertamina Patraniaga Sumbagsel, salah satunya ingin menghapus stigma negatif tentang petani kopi Lahat yang selalu dinilai kaum termajinalkan. Dengan gerakan edukasi tersebut, Abi ingin mengangkat strata petani kopi di Lahat agar lebih bernilai.

Inovasi Kopi

Cascara, teh celup dari kulit kopi yang jadi produk Petani Kite, mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel -Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)
Cascara, teh celup dari kulit kopi yang jadi produk Petani Kite, mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel -Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)

Kebiasaan lain yang sudah mulai berubah, yakni saat proses pemeliharaan pohon kopi dan ampas kulit biji kopi. Dengan bantuan alat potong rumput, Abi dan para petani lainnya, sudah bertahap meninggalkan kebiasaan menebarkan peptisida untuk membasmi hama kopi, melalui pendampingan dari tim CSR Pertamina.

Apalagi kebiasaan turun menurun yang sulit dihilangkan, yakni membuang kulit biji kopi di kebun kopi. Hal tersebut berdampak pada kesuburan biji kopi, serta menjadi sarangnya tungau atau kutu yang menurunkan kualitas biji kopi.

Para petani kopi di Petani Kite diajarkan bagaimana cara mengolah limbah kopi menjadi kompos, yang hasilnya cukup menekan biaya pembelian pupuk. Kreatifitas mereka pun terasah, dengan memproduksi teh celup dari kulit biji kopi yang juga bisa dijual dengan nama Teh Cascara yang sudah dimulai sejak 2024 ini. Sensasi minum teh biji kopi pun, rasa teh dengan aroma kopi yang begitu khas.

“Walau kita tak punya kebun teh, tapi kita bisa menghasilkan limbah kopi jadi teh, bermanfaat juga untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Produksi teh celup kopi ini juga terus diedukasikan ke petani kopi lainnya, agar petani kopi bisa menghasilkan produk lain juga,” ujarnya.

Dari inovasinya tersebut, Petani Kite berhasil meraih Juara 1 Festival Kopi Lahat dari Dinas Perkebunan Lahat. Mereka menjadi contoh pemuda kreatif, yang bisa membuat olahan limbah menjadi inovasi minuman kulit kopi.

 

Tembus Pasar Mancanegara

Aktivitas produksi produk oleh-oleh Putra Abadi di Lahat, yang menjadi mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel (Indodaily.co / Nefri Inge)
Aktivitas produksi produk oleh-oleh Putra Abadi di Lahat, yang menjadi mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel (Indodaily.co / Nefri Inge)

Kesuksesan Abi sebagai mitra PT Pertamina Patra niaga Sumbagsel, tak lepas dari sosok Wenni Bastian (51), owner Putra Abadi, bisnis oleh-oleh khas Lahat yang lebih dari dua tahun menjadi mitra Pertamina. Usahanya yang berada di Jalan Lintas Pagar Alam Lahat, Kecamatan Tanjung Tebat, Kabupaten Lahat, mengukir prestasi yang membanggakan.

Wenny menjadi bukti nyata pendampingan Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, yang akhirnya bisa membawa kopi Lahat ke kancah internasional. Di awal 2017, Wenny menjadi mitra Pertamina melalui Program Kemitraan (PK) Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK).

Dengan kucuran dana Rp100 juta, dia bisa membeli alat roasting kopi terbaik dan produk-produk olahan oleh-olehnya, mulai dari keripik ubi, talas dan lainnya. Pendampingan tentang kopi dari Pertamina juga, membawa Wenny menjadi seorang pendidik di sektor bisnis kopi.

Dia juga menjadi mentor bagi Abi dan para petani muda di Lahat, agar bisa membudidayakan kopi dengan kualitas yang bagus. Edukasi rumah kopi yang dibangunnya bersama Pertamina tahun 2023, mendidik para petani kopi di Lahat. Mulai dari memetakan indikasi geografis lahan, hingga pengolahan pasca panen, seperti petik merah biji kopi, penjemuran yang baik hingga pemasarannya.

Bahkan komunitas atlet paralayang di Lahat yang rata-rata merupakan anak petani kopi turut digandengnya. Kebutuhan peralatan hingga biaya latihan paralayang yang cukup mahal, akhirnya terbantu dengan pembinaan bisnis sampingan yakni pemasaran biji kopi.

“Pendampingan dari Pertamina tak hanya membantu para UMKM saja, tapi juga ke kelompok anak muda yang berkegiatan positif. Seperti anak-anak Paralayang, yang kini ada bisnis kopi sendiri. Mereka turut serta mengedukasi petani kopi, untuk menghasilkan biji kopi berkualitas. Hasilnya akan mereka tampung dan dijual ke pasaran. Income itulah yang membantu para atlet Paralayang untuk mendukung aktivitas olahraga mereka,” ucapnya.

Wenni Bastian, owner Putra Abadi yang menjadi mitra binaan Pertamina Patra Niaga, yang kini produknya sudah tembus ke mancanegara (Indodaily.co / Nefri Inge)
Wenni Bastian, owner Putra Abadi yang menjadi mitra binaan Pertamina Patra Niaga, yang kini produknya sudah tembus ke mancanegara (Indodaily.co / Nefri Inge)

Edukasi rutin ke anak-anak muda di Lahat-Pagar Alam tentang kopi tak hanya meningkatkan mutu kopi saja. Tapi beberapa dari mereka bahkan sudah mengembangkan diri masing-masing. Mulai dari jadi barista di kedai kopi hingga membangun coffee shop sendiri di Pagar Alam dan Kota Palembang.

Kini, rumah kopi yang Pertamina-Putra Abadi kelola, sudah menjadi corong edukasi para pelajar, kampus hingga UMKM di Sumsel. Puluhan bahkan ratusan orang datang ke rumah edukasi kopi Putra Abadi, untuk mendapatkan binaan terkait pengolahan bisnis kopi dan keripik.

“Rumah edukasi kopi dari Pertamina menjadi homebase petani kopi, seperti processor, roastery, barista dan pemasarannya. Ada sekitar 20 orang petani kopi yang sudah tergabung di sini. Kalau kunjungan ke rumah edukasi kopi, sangat banyak. Bahkan ada 280 orang mahasiswa dari Unsri yang datang ke sini,” ujarnya.

Pembinaan hingga pendampingan berkala dari Pertamina Patra Niaga Sumbagsel, membuat peluang pemasaran produk kopi Putra Abadi tembus pasar nasional hingga mancanegara. Beberapa waktu lalu, Putra Abadi terpilih mewakili UMKM binaan Pertamina di SMEXPO 2024 di Kasablanka Mall Jakarta.

Bahkan saat mengikuti Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, mereka mendapat pesanan dalam jumlah yang banyak dari pembeli asal Malaysia. Bahkan kopi Lahat dan olahan turunannya yang berbahan kopi juga dipesan untuk diekspor ke negara tetangga tersebut.

“Kami sudah tandatangan MoU dan siap dikirim. Ini pencapaian yang luar biasa. Karena ekspor yang kami lakukan terakhir sebelum COVID-19 melalui KBRI Spanyol, Prancis dan Portugal,” ujarnya.

Pendampingan Pertamina

Heru Herianto, Junior Offficer CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel (Indodaily.co / Nefri Inge)
Heru Herianto, Junior Offficer CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel (Indodaily.co / Nefri Inge)

Heru Herianto, Junior Offficer CSR Pertamina Patra Niaga Sumbagsel berkata, komunitas Serambi Literasi menjadi salah satu kelompok positif yang selaras dengan program binaan Pertamina Patra Niaga Sumbagsel – Fuel Terminal Lahat. Para relawan Serambi Literasi meminta bantuan terkait edukasi pengelolaan kebun kopi dan biji kopi yang benar.

“Tahun pertama di 2021 kita masuk dan memenuhi kebutuhan Serambi Literasi. Di tahun kedua, kita fokus ke pelatihan cara produksi kopi, seperti roasting dan pengemasan kopi olahan dan di sanalah kita menggandeng owner Putra Abadi. Yang awalnya petani kopi hanya menjual biji kopi saja, kini mereka sudah bisa menjual kopi kemasan,” katanya.

Pendampingan di tahun ketiga, Petani Kite dibantu proses penjualan, edukasi edukasi tentang pengolahan kompos dan alat pemotong rumput. Bahkan juga dibangunkan gerai Petani Kite, yang bisa menjadi salah satu wisata kuliner di Lahat.

Di tahun ke empat nanti, CSR Pertamina akan menyasar proses penjualan kopi Lahat lebih luas, seperti bermitra dengan perhotelan. Dia berharap di tahun kelima, para petani kopi yang tergabung di Petani Kite bisa lebih mandiri dalam pengelolaan bisnis biji kopi.

Sedangkan pendampingan ke bisnis Putra Abadi, Pertamina sudah melihat progres yang menjanjikan. Bahkan rumah edukasi produksi sudah menjadi sentral edukasi kopi dari berbagai daerah diSumbagsel.

“Harapannya rumah edukasi kopi bisa menjadi sentral. Tak Cuma orang-orang datang saja, tapi juga bisa menginap di sini. Bisa jadi bisnis baru bagi mereka. Program ini juga selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGis) 8, dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan, tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

 

Dukungan Kopi Sumsel

Kopi Robusta Petani Kite, mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel - Fuel Terminal (Indodaily.co / Nefri Inge)
Kopi Robusta Petani Kite, mitra binaan PT Pertamina Patra Niaga Sumbagsel – Fuel Terminal Lahat (Indodaily.co / Nefri Inge)

Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel Elen Setiadi mengapresiasi langkah pendampingan dan pembinaan ke petani kopi di Sumsel. Apalagi Sumsel mempunyai lima daerah penghasil kopi robusta terbesar, salah satunya Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat, yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Selaras dengan program Pertamina, Pj Gubernur Sumsel juga mendorong sertifikat indikasi geografis (IG) yang menandai karakteristik biji kopi ketika akan diekspor ke luar negeri, agar tidak diklaim oleh pihak lain.

“Kita perlu melakukan pembinaan dan pengawasan secara terus menerus. Komoditas kopi ini mempunyai peran yang sangat penting dan menjanjikan bagi perekonomian nasional, terutama di Sumsel,” ucapnya.

Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Yulian Junaidi, dampak pembinaan dari BUMN termasuk Pertamina di Kabupaten Lahat sudah terlihat perubahannya.

“Karena Kabupaten Lahat – Pagar Alam punya potensi besar. Peran BUMN di sektor usaha kopi bisa memberikan kontribusi yang bagus dan terlihat peningkatan pangsa pasarnya di beberapa tahun terakhir,” ungkapnya.

Dia berharap jangkauan pembinaan BUMN dan perusahaan lainnya di sektor kopi Sumsel, bisa meluas hingga ke berbagai daerah di Sumsel. Serta harus disinergikan dengan multistakeholder agar jangkauan lebih luas.

Dengan pembinaan yang berdampak peningkatan perekonomian rakyat, juga bisa mengangkat para petani agar bisa terlepas dari kelompok-kelompok rentan. Terlebih pangsa pasar mancanegara juga begitu luas. Sehingga harus ditingkatkan dari level budidaya hingga tata niaga.

Iyan Muhazan (31), Duta Kopi Indonesia 2019 melihat apa yang dilakukan CSR Pertamina adalah langkah awal untuk peningkatan kualitas kopi dan kesejahteraan petani kopi di Sumsel. Progres kopi Sumsel juga terlihat luar biasa selama 5 tahun terakhir. Mulai dari petani kopi Cuma petik biji hijau, kini sudah mengerti keuntungan petik biji merah dengan harga yang lebih mahal di pasaran.

“CSR yang sangat tepat itu lebih ke edukasi tentang pengolahan pascapanen biji kopi sembari memberikan bantuan alat. Jangan hanya menyumbangkan alat pengolahan biji kopi saja, yang hasilnya banyak petani yang tak mengerti bagaimana cara pengelolaannya,” ucapnya. ***

Pos terkait