INDODAILY.CO, PALEMBANG— Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Palembang menerima kunjungan Tim Direktorat Pelayanan Tahanan dan Anak, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) dalam rangka kegiatan Uji Petik Layanan Kepribadian dan Kemandirian bagi Tahanan dan Anak serta Konsolidasi Data Kepribadian dan Kemandirian Tahanan dan Anak pada Selasa (11/11).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Penyusunan Standar Layanan Kepribadian dan Kemandirian bagi Tahanan dan Anak yang tengah disusun oleh Ditjen Pemasyarakatan untuk memperkuat sistem pembinaan dan pelayanan berbasis standar nasional di seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan.
Tim Ditjen PAS yang hadir terdiri dari empat orang, yaitu Budi Arto, Harry, Dhena Panji Pangestu dan Yudah Bedjo Sugiyo. Kedatangan mereka disambut oleh Plh. Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang, Rahayu Setyoreni beserta jajaran pejabat struktural dan staf bidang pembinaan.
Dalam pelaksanaannya, tim melakukan peninjauan langsung terhadap berbagai aspek layanan pembinaan kepribadian dan kemandirian di Lapas Perempuan Palembang, meliputi kegiatan pendidikan, keagamaan, bimbingan mental, serta pelatihan keterampilan bagi warga binaan dan tahanan. Selain itu, dilakukan pula verifikasi dan konsolidasi data pelaksanaan program kepribadian dan kemandirian sebagai bagian dari proses evaluasi menuju penyusunan standar layanan nasional.
Rahayu Setyoreni menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan pelaksanaan uji petik tersebut.
“Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi kami untuk mendapatkan masukan langsung dari tim pusat agar pelaksanaan pembinaan di Lapas Perempuan Palembang semakin sesuai dengan arah kebijakan nasional. Kami berkomitmen memperkuat layanan kepribadian dan kemandirian, khususnya bagi warga binaan dan tahanan perempuan,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan tim Ditjen PAS, Budi Arto, menjelaskan bahwa uji petik ini bertujuan untuk memastikan kesiapan dan kesesuaian pelaksanaan layanan pembinaan di lapangan dengan prinsip-prinsip standar pelayanan Pemasyarakatan yang tengah dirumuskan.
“Melalui uji petik dan konsolidasi data ini, kami ingin memotret langsung bagaimana layanan kepribadian dan kemandirian diterapkan di UPT. Hasil dari kegiatan ini akan menjadi bahan penyusunan standar yang komprehensif dan dapat diterapkan secara nasional,” terang Budi Arto.
Ia juga menegaskan pentingnya kolaborasi dan keterbukaan data antara UPT dan Ditjen PAS agar penyusunan standar layanan ini benar-benar mencerminkan kebutuhan riil di lapangan.
“Kami berharap hasil dari kegiatan ini dapat memperkuat arah pembinaan Pemasyarakatan yang lebih humanis, berkeadilan, dan berorientasi pada pemulihan sosial,” tambahnya.
Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi dan penyampaian rekomendasi awal dari tim Ditjen PAS kepada jajaran Lapas Perempuan Palembang terkait penguatan administrasi data pembinaan serta optimalisasi sarana dan prasarana kegiatan kepribadian dan kemandirian.
Melalui kegiatan uji petik ini, Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas layanan pembinaan sesuai dengan standar nasional, sebagai bagian dari upaya mewujudkan sistem Pemasyarakatan yang lebih profesional, akuntabel, dan berorientasi pada rehabilitasi serta pemberdayaan warga binaan.























