INDODAILY.CO, PALEMBANG— Dalam upaya memperkuat efektivitas pelaksanaan pembinaan warga binaan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIA Palembang melaksanakan kegiatan Konsultasi dan Koordinasi Pembinaan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS), Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang, dan Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung. Kegiatan berlangsung pada 9 hingga 12 November 2025 sebagai bagian dari program peningkatan kualitas pembinaan dan pelayanan di lingkungan Pemasyarakatan.
Sebanyak enam pejabat dan pegawai mengikuti kegiatan ini, yakni Desi Andriyani (Kalapas), Assetia Chodijah Tusholiha (Kasi Giatja), Hefri Redius (Kasubbag TU), Rosliani Pulungan (Kasi Binadik), Zulfika Utami (Kaur WAI dan Keuangan), serta Intan Reva Sonia (Pengelola Data Kepegawaian).
Selama kunjungan ke Ditjen PAS, tim Lapas Perempuan Palembang juga melakukan konsultasi dengan Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi, Adhayani Lubis, guna memperdalam pemahaman mengenai kebijakan pembinaan berbasis kesehatan dan program rehabilitasi bagi warga binaan. Pertemuan ini menjadi wadah diskusi untuk memperkuat sinergi dalam penerapan standar pelayanan kesehatan, peningkatan fasilitas, serta pengembangan kegiatan rehabilitasi yang mendukung proses pembinaan kepribadian.
Kepala Lapas Perempuan Palembang, Desi Andriyani, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat koordinasi antar-satuan kerja pemasyarakatan serta memperdalam pemahaman mengenai inovasi pembinaan yang telah diterapkan di berbagai Lapas Perempuan di Indonesia.
“Kami ingin membawa pulang praktik baik dan strategi pembinaan yang bisa diterapkan di Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang, sehingga pelayanan kepada warga binaan semakin optimal,” ujar Desi.
Sementara itu, Kasi Kegiatan Kerja (Giatja) Lapas Perempuan Palembang, Assetia Chodijah Tusholiha, menuturkan bahwa kegiatan ini juga menjadi sarana penting untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan warga binaan yang relevan dengan dunia kerja.
“Dari hasil koordinasi ini, kami berharap dapat mengembangkan program pembinaan yang lebih produktif dan sesuai dengan potensi warga binaan, seperti pelatihan menjahit, tata boga, dan kewirausahaan,” jelasnya.
Kasubbag Tata Usaha, Hefri Redius, menambahkan bahwa koordinasi lintas daerah ini turut memperkuat sinergi antarpegawai serta membuka peluang kolaborasi dalam pengelolaan administrasi pembinaan.
“Selain belajar dari praktik baik, kami juga berupaya membangun jaringan kerja yang solid antar-Lapas agar pelaksanaan pembinaan bisa lebih terintegrasi,” ujarnya.
Apresiasi atas langkah proaktif Lapas Perempuan Palembang datang dari Direktur Pembinaan Narapidana dan Anak Binaan, Yulius Sahruzah, Bc.IP., S.H., M.H.
“Kami sangat mengapresiasi langkah Lapas Perempuan Palembang yang melakukan konsultasi langsung ke pusat dan Lapas lainnya. Kegiatan seperti ini penting untuk menyamakan persepsi dan memperkuat implementasi pembinaan berbasis kebutuhan individu warga binaan,” tuturnya.
Yulius juga menegaskan bahwa Ditjen PAS terus mendorong seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan untuk mengedepankan pembinaan yang humanis, produktif, dan adaptif terhadap perubahan sosial.
“Dengan kolaborasi yang kuat antar-UPT, kita dapat mewujudkan Pemasyarakatan yang benar-benar menjadi tempat pembinaan dan pemberdayaan, bukan sekadar tempat menjalani pidana,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Bandung, Gayatri Rachmi, turut memberikan tanggapan positif atas kunjungan tersebut.
“Kami menyambut baik kedatangan tim dari Lapas Perempuan Palembang. Pertukaran gagasan dan pengalaman seperti ini sangat penting untuk memperkuat kualitas pembinaan di seluruh Lapas Perempuan di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara berkelanjutan.
“Semoga kerja sama ini tidak berhenti pada kunjungan saja, tetapi berlanjut dalam bentuk kolaborasi program pembinaan yang konkret dan bermanfaat bagi warga binaan,” tambahnya.
Melalui kegiatan ini, Lapas Perempuan Kelas IIA Palembang menegaskan komitmennya untuk terus meningkatkan kualitas pembinaan, layanan kesehatan, dan profesionalisme pegawai dalam mendukung program transformasi Pemasyarakatan menuju arah yang humanis, adaptif, dan berkelanjutan.
Sebagai tindak lanjut, Lapas Perempuan Palembang akan mengimplementasikan hasil konsultasi dengan menyusun rencana penguatan program pembinaan berbasis kesehatan dan pelatihan kemandirian, termasuk menjajaki kerja sama lintas Lapas untuk pengembangan produk unggulan warga binaan. Langkah ini diharapkan dapat menghadirkan pembinaan yang lebih terarah dan memberikan manfaat nyata bagi proses reintegrasi sosial warga binaan.























