Petani Sawit OKI Manfaatkan 778 Hektare Lahan PSR untuk Tanam Padi Gogo

INDODAILY.CO, OKI – Petani sawit di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan memanfaatkan lahan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) untuk pengembangan padi gogo sebagai sumber pangan alternatif.

Sebanyak 778 hektare lahan PSR dikelola oleh 12 Koperasi Unit Desa (KUD) yang tersebar di Kecamatan Mesuji Raya, Pedamaran Timur, dan Pedamaran. Para petani tersebut merupakan mitra binaan PT Sampoerna Agro.

Pemanfaatan lahan PSR ini ditandai dengan kegiatan tanam perdana padi gogo di Kebun KUD Bina Sejahtera, Desa Kerta Mukti, Kecamatan Mesuji Raya, Kamis (18/12/2025). Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Bupati OKI, H. Muchendi.

“Penanaman padi gogo hari ini membuktikan bahwa program PSR tidak hanya berfokus pada peremajaan kelapa sawit, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi petani melalui pola tumpang sari yang produktif,” ujar Muchendi.

Ia menjelaskan, sistem intercropping antara padi gogo dan kelapa sawit menjadi solusi produktif bagi petani sawit, sekaligus mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan nasional.

Hal senada disampaikan perwakilan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Doris Monica. Menurutnya, tumpang sari padi gogo dapat diterapkan pada tanaman perkebunan, termasuk kelapa sawit berusia di bawah dua tahun.

“Ini merupakan salah satu strategi optimalisasi lahan untuk meningkatkan luas tanam padi dengan memanfaatkan lahan perkebunan, khususnya di Kabupaten OKI,” kata Doris.

Ia menambahkan, selain pengembangan padi dan kelapa sawit, pemerintah juga mendorong perluasan perkebunan tebu guna memenuhi kebutuhan nasional.

“Arahan Menteri Pertanian adalah mewujudkan swasembada gula sebagai bagian dari upaya swasembada pangan,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Muchendi menyerahkan hasil penilaian fisik kebun sawit rakyat sebagai syarat pendanaan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Sebanyak 9.168 hektare lahan sawit rakyat di Kecamatan Mesuji Raya, Mesuji, dan Lempuing Jaya dinyatakan memenuhi syarat teknis untuk menerima program PSR.

Kepala Dinas Perkebunan OKI, Dedy Kurniawan menjelaskan, bahwa penilaian fisik dilakukan untuk mengevaluasi dan mengukur keberhasilan program peremajaan sawit.

“Penilaian meliputi kondisi kesehatan tanaman, pertumbuhan, hingga produktivitas. Hasil penilaian ini menjadi dasar penting dalam pendanaan BPDPKS agar dana digunakan secara efektif dan tepat sasaran,” kata Dedy.

Selain mengembangkan padi gogo, KUD Bina Sejahtera Desa Kerta Mukti juga menerapkan praktik pengelolaan kebun sawit melalui penggunaan pupuk organik. Inovasi ini dinilai mampu mempercepat masa panen dan meningkatkan ukuran tandan buah segar (TBS).

Ketua KUD Bina Sejahtera, H. Azhar mengatakan, pupuk organik tersebut diproduksi secara mandiri dengan memanfaatkan limbah sawit dan kotoran ternak. Unit pengolahan pupuk bahkan telah berkembang menjadi usaha tersendiri di bawah naungan koperasi.

“Bahan bakunya berasal dari tandan kosong, solid, limbah cair pabrik sawit, serta kotoran ternak yang difermentasi selama tujuh hari menggunakan QRR dan dolomit,” ujar Azhar, pensiunan penyuluh pertanian lapangan (PPL).

Menurutnya, penggunaan pupuk organik mampu menekan biaya produksi hingga 50 persen. Selain meningkatkan pendapatan petani, unit pengolahan pupuk tersebut juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar.

“Kami membeli kotoran ternak masyarakat seharga Rp10.000 per karung. Bahkan air leri atau air cucian beras juga memiliki nilai ekonomis sebagai bahan pupuk cair,” katanya.

Azhar berharap pemerintah dapat memberikan pendampingan, khususnya dalam pengurusan izin produksi pupuk organik, agar produk tersebut dapat dimanfaatkan lebih luas oleh petani sawit di daerah lain.

Pos terkait