Sumsel, Indodaily.co – Rindangnya taman di rumah Jamiah (55), berhiaskan aneka tanaman obat keluarga (toga), dengan warna-warni yang indah. Tumbuhan yang sudah ditanam hampir 10 tahun lamanya, ternyata memberi berkah bagi Jamiah dan warga di sekitar Lorong Selamet RT 05 RW 02 Jalan Kapten Abdullah Plaju Palembang Sumatera Selatan .
Ada berbagai jenis toga yang ditanamnya, mulai dari sambiloto, brotowali, bunga telang, bidara, peppermint, bunga rosella dan lainnya. Tanaman itu seakan menjadi penyelamat bagi keluarganya dan warga sekitar, saat membutuhkan obat alternatif saat kondisi kurang fit, bahkan sangat diandalkan saat COVID-19 mengancam kesehatan mereka.
Melihat potensi bisnis yang menjanjikan dari toga, Jamiah berencana mengelola toga menjadi tanaman yang bernilai ekonomis. Namun keterbatasan pengetahuan dan peralatan, membuat Jamiah tak bisa merealisasikan mimpinya.
Seperti menjawab semua doa Jamiah, PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju hadir merangkul Jamiah di tahun 2019. Dengan program Kampung Pangan Inovatif, Jamiah bisa mengolah toga untuk menciptakan produk alami, yang berdampak pula bagi peningkatan taraf hidup warga sekitarnya.
Awalnya, Pertamina RU III Palembang mengenalkan Jamiah dengan sistem urban farming. Yakni hidroponik yang bisa digunakan di lahan terbatas, edukasi dan pendampingan cara pengolahan toga menjadi produk teh herbal yang menyehatkan.
“Pertamina hadir menjadi jawaban dari mimpi yang seakan sulit terwujud. Membantu peralatan hidroponik untuk tanaman pakcoy dan toga, pengering tenaga surya Solar Food Dehydrator, pendampingan tentang promosi, pengemasan hingga potensi pasar,” ucapnya kepada Indodaily.co, di Palembang, Rabu (10/11/2022).
Produk teh dengan merk Jamiah Rizky Herbal akhirnya bisa diproduksi di tahun 2020. Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ini, membuka lapangan pekerjaan bagi para ibu rumah tangga (IRT) di sekitar rumahnya, untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Dengan menggandeng 2 orang IRT di dekat rumahnya, Jamiah bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp 1 juta per bulannya. Namun usaha kecil-kecilannya ini, bertumbuh kembang dan menjadi wadah para perempuan untuk terampil berbisnis.
“Sebelum ada usaha ini, banyak IRT di sini yang mengeluh perekonomian mereka yang kurang tercukupi. Dengan peluang usaha ini, ada kesempatan ibu-ibu yang biasa hanya beraktivitas di rumah saja, kini bisa mandiri menghasilkan pendapatan tambahan,” ujarnya.
Pertamina ikut turun tangan dalam pemasaran teh herbal Jamiah, hingga permintaan produknya meningkat secara bertahap. Penghasilannya pun melonjak hingga Rp 3 Juta per bulan, dengan memberdayakan 4-6 orang perempuan di sekitar rumahnya di Plaju Palembang Sumsel.
Suvenir G20 di Bali

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berlokasi di Plaju Palembang ini juga, mengenalkan produk olahan Jamiah ke tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), saat berkunjung ke PT Pertamina RU III Palembang.
Teh herbal yang dikemas mewah, membuat tim KLHK tertarik untuk membawa produk Jamiah, menjadi salah satu suvenir dalam rangkaian acara G20 di Bali.
Produk teh herbal Jamiah diboyong tim Pertamina RU III Palembang, menjadi buah tangan di acara 3rd Meeting Environment Deputies Meeting & Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) dan Joint Environment & Climate Minister Meeting (JECMM) G20, pada 29 – 31 Agustus 2022 di Nusa Dua Bali.
“Awalnya tak menyangka, produk kami bisa masuk ke acara internasional. Saya bisa merangkul 8 orang ibu-ibu di sini, untuk menyiapkan 800 box suvenir yang dibeli Pertamina. Kami bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 16 Juta. Senang rasanya, apalagi ibu-ibu yang saya ajak, bisa membantu mencukupi kebutuhan rumah tangga,” katanya.
Dampak dari suvenir G20, sangat terasa bagi Jamiah. Ada banyak permintaah teh herbal dari berbagai daerah di Indonesia. Seperti pemesanan 150 bungkus teh herbal dari Padang dan 100 bungkus teh herbal dari Surabaya, dengan harga Rp 20.000 per bungkusnya.
Karena lahannya terbatas dan permintaan semakin melonjak, Jamiah dibantu Pertamina, menyebarkan bibit toga di 45 RT di Plaju Palembang. Tanaman yang sudah tumbuh dan siap petik, bisa dijual ke Jamiah. Sehingga basis ekonomi kerakyatan yang merata di Plaju Palembang, sedikit demi sedikit tercipta.
Program TJSL Pertamina

Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU III Plaju, Siti Rachmi Indahsari, mengungkapkan, PT Kilang Pertamina Internasional RU III PLaju diberi amanah untuk menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), dengan melakukan pemetaan ke areal ring 1 Pertamina Plaju Palembang.
“Kami menemukan sosok Jamiah yang aktif menggerakkan puskesmas dan toga. Jamiah awalnya hanya mampu memproduksi teh herbal, tanpa memikirkan pemasaran, pengemasan dan diversifikasi produknya. Kami menggandeng untuk bisa menerapkan implementasi program yang berkelanjutan,”ucap Siti.
Beberapa bantuan yang salurkan seperti alat pengelolaan MPASI, inovasi Water Barrel System untuk pasokan air bagi tanamannya, Solar Food Dehydrator dan lainnya.
Karena potensi teh herbal Jamiah menjanjikan, Pertamina RU III Palembang memamerkan hasil kreasi sentuhan tangan para puan Palembang itu ke tim KLHK. Gayung pun bersambut, produk Jamiah dilirik menjadi suvenir dalam rangkaian acara G20 di Bali.
Dengan pendampingan dari Pertamina RU III Palembang, Siti berharap akan ada sosok Jamiah lainnya yang bisa membangkitkan peluang usaha rumahan menjadi besar dan mandiri secara ekonomi.
“Kilang Pertamina Plaju sebagai salah satu entitas bisnis, sangat mendukung pemenuhan target SDGs. Salah satu yang kami rangkul adalah UMKM Ibu Jamiah. Harapannya, tercipta kehidupan yang sehat dan sejahtera,” ungkapnya.
Kopi Pagar Alam

Perempuan hebat lainnya yang dirangkul Pertamina Palembang adalah Wenny Bastian (49), owner Putra Abadi, UMKM oleh-oleh makanan dan minuman, yang berlokasi di Jalan Lintas Pagar Alam-Lahat Sumsel.
Awalnya Wenny merintis usaha keripik pisang di tahun 2006, dengan bermodalkan uang Rp 150.000. Dengan tekad kuat bersama suaminya Matheus Susantyarto, Wenny bisa mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Toko oleh-olehnya banyak dikunjungi para wisatawan.
Tahun 2017 dia mulai melirik usaha kopi khas Pagar Alam, karena ingin membuktikan jika kopi Pagar Alam bisa berkualitas, nikmat diminum dan bisa bersaing dengan kopi dari daerah lainnya.
Wenny merangkul 30 orang petani kopi di Pagar Alam, untuk memasok biji kopi merah, dengan penyuluhan pertanian kopi yang berkualitas.
Dia juga mempekerjakan 18 orang karyawan yang didominasi para perempuan, untuk membantunya mengembangkan usaha rumahannya tersebut. Alhasil, kopi robusta khas Pagar Alam, bisa tembus ke pasar internasional di tahun 2018 lalu.
“Kopi kami masuk ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)ndi berbagai negara, seperti Swedia, Rusia, Equator, New Zealand dan lainnya. Sayangnya, pandemi COVID-19 membuat ekspor kopi Putra Abadi terhenti,” ujarnya.
Merosotnya penjualan hingga pendapatan yang berkurang, membuat Wenny harus merumahkan beberapa karyawannya. Usahanya sempat mengalami kemunduran secara bertahap.
PUMK Pertamina

Hingga akhirnya ada bantuan dari Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), melalui Program Kemitraan (PK) Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK), yang memberi angin segar bagi usahanya.
September 2020, Wenny mendapatkan pinjaman Rp 100 juta, untuk menggairahkan kembali usahanya. Dana tersebut digunakannya untuk menambah fasilitas pengolahan dan membeli bahan baku keripik dan kopi, dari petani-petani di Pagar Alam Sumsel.
Tak hanya dana cair saja, Pertamina Patra Niaga Sumbagsel juga mendampingi usaha Wenny dalam bidang promosi, terutama di marketplace, branding dan informasi penting untuk pemasaran usahanya.
“Dalam sebulan, pihak Pertamina memberikan coaching khusus ke Putra Abadi. Jadi pengembangan usaha kami bisa terpantau terus oleh Pertamina. Dengan banyaknya dukungan, produk usaha Putra Abadi bisa tersertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun ini,” ucap ibu tiga anak ini.
Putra Abadi menjual kopi robusta bubuk dengan tiga kelas, yakni premium seharga Rp 125.000/Kg, super seharga Rp 100.000/Kg dan standar seharga Rp 50.000/Kg. Bahkan ada beberapa jenis kopi lainnya, yang dipatok Rp 500.000 – Rp 1 juta per Kg.
Secara bertahap, usahanya pun menunjukkan progres menggembirakan. Dengan bantuan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Wenny lebih percaya diri untuk merangkul para petani dan pemuda di Pagar Alam, agar bisa mengembangkan bisnis kopi Pagar Alam yang belum berkembang.
Rangkul Para Pemuda

Khotaman, Tim Agregator UMKM Putra Abadi yang juga penggiat Paralayang Pagar Alam, membantu Wenny untuk memberdayakan pemuda di Pagar Alam dalam mengembangkan bisnis kopi lokal.
“Kita merekrut para pemuda di sini, terutama penggiat Paralayang di Pagar Alam. Selain mengembangkan potensi olahraga dan wisata, mereka juga bisa belajar mengolah kopi, dengan bantuan dari UMKM Putra Abadi,” ujarnya.
Ada belasan pemuda yang dibina UMKM Putra Abadi dengan tujuan akhir, untuk membangun usaha mandiri dengan mengangkat kopi Pagar Alam. Terlebih, banyak event Paralayang di Pagar Alam, dengan pangsa pasar kopi lokal yang menjanjikan.
Pendampingan yang dilakukan selama bulan terakhir, membuahkan hasil. Para pemuda di Pagar Alam binaan Putra Abadi, sedang mempersiapkan usaha kedai kopi skala rumahan di sana.
Diungkapkan Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui program kemitraan berkomitmen mendukung UMKM hingga naik kelas dan go global dari berbagai sektor, salah satunya usaha Putra Abadi.
“Dipilihnya Putra Abadi sebagai mitra Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel melalui program PUMK, karena potensi UMKM berkelas dan berkualitas, antusiasnya dalam memperluas usaha nasional dan internasional,” ungkapnya.
Dengan dukungan dari semua pihak, program tersebut diharapkan dapat membantu semua usaha dan pekerja lainnya. Hal tersebut turut mendukung SDGis, dalam menyediakan pekerjaan yang layak dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Apresiasi Wakil Rakyat

Sebagai perwakilan perempuan di jajaran wakil rakyat, Ketua DPRD Sumsel RA. Anita Noeringhati mengapresiasi peran perempuan, dalam meningkatkan UMKM di berbagai sektor, salah satunya di sektor kuliner khas Sumsel, yang menjadi nadi perekonomian daerah.
Anita menuturkan, kaum perempuan mulai mendedikasikan sebagai penggiat UMKM, untuk membantu ekonomi keluarga. Dan apa yang dilakukan para puan penggiat UMKM di Sumsel, patut ditiru semua perempuan lainnya.
“Saya selalu mendukung pemulihan ekonomi, seperti digeliatkan Menko Perekonomian. Peningkatan ekonomi kerakyatan dari UMKM, bisa dibantu dari berbagai pihak, seperti BUMN,” ujarnya.
Salah satu BUMN yang diapresiasinya yakni Pertamina Palembang, yang mampu membina masyarakat Sumsel, dari segala sektor bisnis UMKM. Apalagi salah satu binaan Pertamina Palembang, bisa memamerkan produknya di ajang berkelas G20 di Nusa Dua Bali.
Langkah tersebut dinilainya bisa menjadi panutan bagi BUMN lainnya di Sumsel, bahkan di Indonesia, agar bisa menyusul kesuksesan serupa.
Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel, Mgs Syaiful Padli juga sempat mendatangi beberapa BUMN di Sumsel, yang bergerak aktif menggandeng UMKM di Sumsel, salah satunya Pertamina Palembang.
“Kami pernah reses ke Pertamina Palembang dan menanyakan sejauh apa keterlibatan BUMN ini dalam merangkul UMKM. Ternyata, Pertamina Palembang cukup berperan aktif akan hal itu. Apalagi produk UMKM binaan Pertamina Palembang, bisa tembus di kancah G20 yang bergengsi,” ucapnya.