INDODAILY.CO, PALEMBANG — Lebaran tahun ini kembali diramaikan dengan meningkatnya permintaan Kue Maksuba, salah satu kuliner khas Palembang yang selalu menjadi hidangan favorit saat hari raya. Kue berlapis dengan cita rasa manis dan tekstur lembut ini tidak hanya sekadar sajian, tetapi juga menjadi simbol tradisi dan kehangatan dalam keluarga Palembang.
Permintaan tinggi terhadap Kue Maksuba telah terlihat jauh sebelum Lebaran. Banyak keluarga telah memesan dalam jumlah besar untuk disajikan kepada tamu atau dikirimkan sebagai bingkisan Lebaran kepada kerabat dan sahabat. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya tradisi berbagi dan menjaga silaturahmi dalam budaya masyarakat Palembang.
Lonjakan Permintaan dan Dampaknya terhadap UMKM
Sejumlah pelaku usaha kue tradisional di Palembang mengaku kewalahan memenuhi permintaan yang melonjak drastis menjelang Lebaran. Salah satunya adalah Owner Kue Cici, seorang pengusaha kue khas Palembang yang berbasis di Jl. Pustu, Dusun III, Seri Tanjung, Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Ia mencatat peningkatan penjualan hingga tiga kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
“Kami mulai menerima pesanan Kue Maksuba sejak awal Ramadan, dan dalam dua minggu terakhir menjelang Lebaran, pesanan terus berdatangan. Banyak pelanggan yang bahkan rela mengantre atau memesan jauh-jauh hari agar tidak kehabisan,” ujar Owner Kue Cici.
Lonjakan permintaan ini mendorong banyak pengusaha kue untuk meningkatkan kapasitas produksi. Demi memenuhi kebutuhan pasar, mereka harus menambah jumlah tenaga kerja serta mempercepat proses produksi tanpa mengurangi kualitas. Hal ini tentu berdampak positif bagi sektor ekonomi lokal, terutama bagi para pekerja yang memperoleh penghasilan tambahan selama musim Lebaran.
Kue Maksuba: Kuliner Warisan yang Tetap Eksis
Kue Maksuba, yang memiliki kemiripan dengan Lapis Legit, dibuat dari campuran telur bebek, susu kental manis, dan mentega, tanpa menggunakan tepung. Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelitian tinggi menjadikan kue ini memiliki harga cukup premium. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan antusiasme masyarakat untuk menikmatinya sebagai hidangan khas saat Lebaran.
Menurut sejarawan kuliner Palembang, Kue Maksuba memiliki nilai historis yang erat kaitannya dengan tradisi kerajaan Palembang Darussalam. Pada masa lalu, kue ini hanya disajikan dalam acara penting seperti pernikahan, perayaan adat, dan hari besar keagamaan. Kini, Kue Maksuba telah menjadi bagian dari identitas kuliner Palembang yang terus diwariskan lintas generasi.
Potensi dan Harapan bagi Industri Kuliner Lokal
Lonjakan permintaan Kue Maksuba tidak hanya mencerminkan kuatnya tradisi kuliner di Palembang, tetapi juga menunjukkan peluang besar bagi industri kuliner lokal untuk terus berkembang. Dengan semakin tingginya minat masyarakat terhadap produk-produk berbasis kearifan lokal, sektor kuliner tradisional memiliki potensi besar untuk merambah pasar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan dukungan yang lebih besar bagi pelaku usaha kuliner melalui pelatihan, bantuan modal, serta promosi yang lebih luas. Dengan strategi pemasaran yang tepat dan pengembangan produk yang inovatif, Kue Maksuba berpotensi menjadi ikon kuliner Palembang yang semakin dikenal dan diminati, tidak hanya sebagai sajian Lebaran tetapi juga sebagai produk unggulan yang dapat bersaing di pasar global.
Di tengah modernisasi dan tren kuliner yang terus berubah, eksistensi Kue Maksuba membuktikan bahwa cita rasa tradisi tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Dengan semangat inovasi dan pelestarian budaya, kue khas ini akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran dan kebanggaan kuliner Palembang.