Memanen Pasokan Listrik Nusantara, dari Pembangkit di Bumi Sriwijaya hingga Tenaga Angin Indonesia Timur

Kincir angin raksasa PLTB Tobo 1 di Kabupaten Jeneponto Sulsel (Nefri Inge / Indodaily.co)
Kincir angin raksasa PLTB Tobo 1 di Kabupaten Jeneponto Sulsel (Nefri Inge / Indodaily.co)

PALEMBANG, INDODAILY.CO – Negara kepulauan terbesar di dunia dan berada di kawasan Asia Tenggara, membuat Indonesia dianugerahkan Sumber Daya Alam (SDA) yang benar-benar berlimpah. Kekayaan alam tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memanen pasokan listrik di Indonesia, untuk menerangi setiap daerah di berbagai daerah di Nusantara.

Pemerataan listrik di Indonesia juga sesuai dengan target Presiden RI Prabowo Subianto, untuk membangun jaringan listrik ke lebih dari 1.100 desa selama satu tahun kepemimpinannya.

Namun jauh sebelum itu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah berjibaku untuk melakukan berbagai cara dalam menambah pasokan listrik dari berbagai langkah strategis. Seperti membangun pembangkit listrik di Sumatera Selatan (Sumsel) hingga kincir angin raksasa di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dari data Dinas ESDM Sumsel, ada 19 PT PLN pembangkitan di Sumsel yang menyumbangkan pasokan listrik besar dengan surplus hingga dua kali lipat, mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) hingga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Panen pasokan listrik di Bumi Sriwijaya juga ditambah dengan kehadiran 32 pembangkit swasta, dari PLTGU, PLTU, PLTG, PLTMG, PLTM, PLTS, PLTMH hingga Exess Power PLTBG yang tersebar di Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Lahat Sumsel.

Bacaan Lainnya
Kepala Dinas ESDM Sumsel Hendriansyah (Nefri Inge / Indodaily.co)
Kepala Dinas ESDM Sumsel Hendriansyah seusai diwawancarai oleh awak Indodaily.co (Nefri Inge / Indodaily.co)

Kepala Dinas ESDM Sumsel Hendriansyah berkata, Sumsel mempunyai surplus pasokan listrik di provinsi ini dua kali lipat, yakni mencapai 2.193,31 MW. Meski demikian, pemerintah terus membuka ruang bangun PLTU di berbagai wilayah, termasuk Sumsel. Trend Asia mencatat, ada 13,8 Gigawatt PLTU baru akan beroperasi sampai 2030, sesuai RUPTL 2021-2030.

“Dari data per 2024 kemarin, kapasitas terpasang pembangkit di Sumsel mencapai 3.412,7 Mega Watt (MW), dengan daya mampu pembangkit sebesar 3.217,3 MW dari pembangkit PLT dan swasta atau Independent Power Producer (IPP),” ujarnya, Kamis (30/10/2025).

Sebagai daerah penghasil batu bara terbesar di Indonesia pun, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel turut mendukung program pemerintah dalam pemerataan pasokan listrik di Indonesia, terutama dalam menyukseskan peningkatan daya pembangkit listrik yang menggunakan bahan baku batu bara.

Ada tiga daerah penghasil batu bara yang mendukung pembangkit listrik PLN dan IPP, yakni Kabupaten Muara Enim, Lahat dan PALI dan sekitarnya. Sehingga Pemprov Sumsel sudah melakukan rancangan jalur angkut batu bara, agar suplay batu bara ke pembangkit listrik lebih cepat ke pembangkit listrik PLN dan IPP serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.

“Kita akan menutup seluruh jalur umum untuk kegiatan transportasi angkutan batu bara, dari Muara Enim-Lahat menuju ke Palembang jadi lancar. Nanti 1 januari 2026 tidak boleh lagi, semua jalan umum yang menjadi fasilitas umum, tidak ada toleransi lagi dalam penggunaan batu bara di Sumsel. Akan ada jalur khusus, agar suplay batu bara ke perusahaan termasuk pembangkit listrik bisa cepat terdistribusi,” katanya.

PLTU Keban Agung di Kabupaten Lahat Sumsel (Nefri Inge / Indodaily.co)
PLTU Keban Agung di Kabupaten Lahat Sumsel (Nefri Inge / Indodaily.co)

Awak Indodaily.co juga sempat melihat bagaimana keberadaan PLTU di Kabupaten Lahat Sumsel, lebih dekat dengan masyarakat. Seperti PLTU Keban Agung yang berdekatan dengan Sungai Lematang, jantung kehidupan masyarakat Lahat. PLTU terbesar di Kabupaten Lahat tersebut dikelola oleh Primanaya Energy, yang menjadi salah satu setrum di Sumsel , Jambi dan Bengkulu, yang naik rata-rata 11,3 % setiap tahun.

Dari laman Priamanaya Energi, perusahaan tersebut meneken kontrak Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT PLN (Persero) untuk jangka 30 tahun, pada Oktober 2007 lalu. Di mana, Setiap satu Kwh listrik PLTU dihargai US$5 sen. Kebutuhan batu bara PLTU disuplai dari Priamanaya Energi dan PT Dizamatra Powerindo di Lahat, dengan luas izin konsesi keduanya 1.971 hektar dengan cadangan batubara 280 juta ton.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, pada 2022, PLTU Keban Agung mengkonsumsi 831.494 ton batubara kalori rendah, antara 2500-3.100. Di mana, hasil pembakaran batu bara menghasilkan produksi listrik (netto) 1,28 juta MW.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu (UID S2JB) Adhi Herlambang berujar, peningkatan pasokan dan layanan PLN ke masyarakat terus dipertahankan. Salah satunya peningkatan Rasio Elektrifikasi dari 97,62 persen (2024) menjadi 97,88 persen (2025). Terbukti juga, dengan turunnya gangguan kelistrikan sebesar 15,9 persen dibandingkan tahun lalu.

Adhi Herlambang juga terus mengedepankan semangat ‘PLN Transformation Toward Green’, untuk menjaga keandalan sistem, keselamatan kerja serta kontribusi sosial demi masa depan kelistrikan yang lebih berkelanjutan dan manusiawi.

Tak sekedar itu saja, di bulan Oktober 2025, PLN UID S2JB sudah menyalurkan lebih dari 120 bantuan sambungan listrik gratis bagi masyarakat kurang mampu, terutama di wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu, melalui program Light Up The Dream.

PLN UID S2JB sudah menyalurkan lebih dari 120 bantuan sambungan listrik gratis bagi masyarakat kurang mampu, terutama di wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu, melalui program Light Up The Dream, salah satunya di Kabupaten Muara Enim Sumsel (Dok. Humas PLN S2JB)
PLN UID S2JB sudah menyalurkan lebih dari 120 bantuan sambungan listrik gratis bagi masyarakat kurang mampu, terutama di wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu, melalui program Light Up The Dream, salah satunya di Kabupaten Muara Enim Sumsel (Dok. Humas PLN S2JB)

“Program ini juga menjadi suatu cerminan PLN untuk menunjukkan semangat gotong royong serta empati. Karena listrik bukan hanya energi, namun menjadi cahaya harapan. Karena, setiap sambungan baru merupakan satu langkah kecil untuk menyalakan masa depan,” ucapnya.

Program Light Up The Dream ini sudah dirasakan oleh warga Kabupaten Muara Enim Sumsel, terutama warga yang berada di Desa Harapan Jaya dan Desa Muara Harapan. Untuk pertama kalinya, para warga bisa merasakan terangnya listrik PLN, dari hasil gotong royong karyawan PLN untuk masyarakat pra-sejahtera.

Rasa bahagia dirasakan warga Desa Muara Harapan, Suwiryo Taruno yang selama ini hanya bisa menerangi nyala cahaya dari lampu minyak di malam hari. Apalagi anak-anaknya harus belajar dengan penerangan seadanya dari lampu minyak, hatinya begitu teriris melihat keterbatasan itu.

“Kini rumah kami sudah terang benderang, rasanya seperti mimpi tapi mimpi yang menjadi sebuah kenyataan. Kini anak-anak saya bisa leluasa belajar di malam hari, tanpa harus terbatas penerangan. Keluar rumah juga tak takut lagi, karena rumah dan jalan sudah terang,” ujarnya.

Dari Pulau Sumatra dengan beragam pembangkit listrik, awak Indodaily.co juga berkesempatan untuk melihat deretan kincir angin raksasa yang berjejer di pematang sawah warga di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan (Sulsel) pada September 2025 lalu.

Ikon Baru Jeneponto

Kincir angin raksasa PLTB Tolo 1 di Kabupaten Jeneponto Sulsel (Nefri Inge / Indodaily.co)
Kincir angin raksasa PLTB Tolo 1 di Kabupaten Jeneponto Sulsel (Nefri Inge / Indodaily.co)

Ahsan (33), salah satu warga Jeneponto memperkenalkan kincir angin raksasa di daerahnya, layaknya berada di Belanda. Dia begitu bangga dengan keberadaan kincir angin raksasa tersebut, yang kini menjadi ikon daerahnya yang juga dijuluki Kota Kuda. Dia menunjuk dengan gagah beberapa kincir angin raksasa yang begitu megah, dipercantik dengan pemandangan aktivitas warga yang memanen padi serta menarik kuda.

“Setiap ada pendatang ke sini, saya selalu memamerkan kincir angin raksasa ini. Waktu dibangun pertama kali, saya sangat antusias menanti pembangunannya rampung. Setelah kincir angin raksasa ini hadir, nama Jeneponto lebih dikenal di luar daerah Sulsel. Listrik juga sudah merata di daerah sini,” ungkapnya kepada awak Indodaily.co.

Kincir angin raksasa sendiri merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo 1, yang dimulai tahun 2016 dan mulai beroperasi secara komersial pada Mei 2019. PLTB Jeneponto menjadi proyek Energi Terbarukan Kementerian ESDM yang sukses mengubah energi kinetik angin jadi energi listrik melalui turbin angin dari 20 unit kincir angin raksasa tersebut.

Di mana, listriknya akan disalurkan melalui sistem distribusi ke gardu induk PLN 150kV dan PLN ke konsumen di Sulsel. Selain di Kabupaten Jeneponto, PLTB ini turut dibangun juga di Sidrab Kabupaten Sidenreng Rappang Sulsel. ***

 

Pos terkait