INDODAILY.CO, PALEMBANG – Keberadaan patung Ikan Belida di tengah Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang Sumatera Selatan (Sumsel) yang dibangun tahun 2018, menjadi simbol kekayaan hayati, terutama pengingat tradisi kuliner membuat pempek ikan berbahan daging ikan belida di Pulau Sumatra. Apalagi dari sejarah, ikan belida terus menjadi bahan pokok pempek Palembang di era 1970-1990’an.
Bahkan tradisi kuliner pempek yang menjadi warisan budaya sejak zaman Kerajaan Sriwijaya tersebut, membuat Kota Palembang lebih dikenal dengan nama Kota Pempek, dibandingkan Kota Darussalam atau Venesia dari Timur.
Bentangan Sungai Musi sepanjang 720 Kilometer, menjadi tempat populasi ikan yang terkenal aktif di malam hari atau nokturnal. Sayangnya, habitat ikan belida kian tergerus karena dipengaruhi beberapa faktor. Mulai dari perubahan iklim, degradasi lahan, polusi air hingga penangkapan ikan belida yang masif untuk bahan baku pempek, kebutuhan makanan sehari-hari hingga perdagangan ikan sungai di Sumsel berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Hingga akhirnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono di masa jabatannya, mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 1 Tahun 2021, tentang jenis-jenis ikan yang dilindungi, salah satunya empat jenis ikan belida, yakni Belida Sumatra (Chitala hypselonatus), Belida Borneo (Chitala borneensis), Belida Jawa (Notopterus notopterus) dan Belida Lopis (Chitala lopis). Permen tersebut diperkuat dengan ancaman sanksi denda Rp250.000 hingga Rp1,5 miliar serta pidana, untuk menangkap, menjual dan mengkonsumsi Ikan Belida.
Bobi Muslimin , Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN berkata, ikan belida membutuhkan ruang yang cukup luas untuk hidup, pakan hidup yang tersedia, seperti benih ikan lele, sepat, udang kecil dan lainnya. Ikan belida termasuk hewan yang sensitif dengan lingkungannya, bisa hidup dengan pH air di atas 5 dengan kedalaman minimal 3 meteran dan suka di tempat-tempat agak tertutup.
“Ikan belida langka karena penangkapan yang masif diperparah pertumbuhan lambat, banyaknya pencemaran lingkungan, perubahan lahan dan rantai makanannya kian sedikit. Kita juga menemukan jenis ikan belida Chitala hypselonatus tahun 2022 lalu yang sudah jarang ditemukan dan hanya hidup di hulu Sungai Musi. Kalau di Kalimantan Barat dan Jambi, ada Chitala borneensis yang juga sangat langka,” ujarnya, pada hari Sabtu (18/10/2025).

Di tengah kelangkaan dan ancaman kepunahan, harapan hidup ikan belida di Nusantara terutama di bentangan Sungai Musi kini semakin besar, dengan adanya program Belida Musi Lestari dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) III Plaju Palembang Sumsel.
Dari program yang sudah digalakkan sejak beberapa tahun lalu, PT KPI RU II Plaju Palembang bekerjasama dengan BRIN dan Universitas PGRI Palembang dalam melakukan penyelamatan ikan-ikan belida, budidaya dan restocking benih-benih ikan belida dengan treatment khusus. Program tersebut menuai berbagai keberhasilan, salah satunya dengan sukses mengadvokasi Permen khusus ikan belida Jawa (Noptoterus notopterus) yang statusnya turun dari perlindungan penuh menjadi perlindungan terbatas.
“Di akhir kerjasama ini, kita harapkan adanya restocking ikan belida atau pengembalian ke alam, agar habitat ikan-ikan belida khususnya di Sungai Musi bisa terjaga lagi. Namun dengan spesifikasi ikan belida minimal seberat 600 gram, yang sudah siap untuk dilepaskan di lingkungan yang cocok untuk perkembangbiakannya. Dan kita memang membutuhkan sekitar 2,5 tahun sampai mendapatkan sekitar 1.000 ekor ikan belida siap dilepaskan,” katanya.
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang menjadi salah satu kampus di Indonesia, yang ditunjuk untuk membudidaya beberapa jenis ikan belida di Indonesia. Terlebih ada fasilitas yang memadai untuk melakukan budidaya ikan belida.
Sebagai ikan endemik Nusantara yang sensitif, ikan belida biasanya dibudidaya di aliran sungai dengan pasokan rantai pakan yang banyak. Tapi di kampus, budidaya ikan belida berhasil dilakukan dengan menggunakan kolam tanah/terpal, kolam sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) dan aquarium khusus untuk benih hasil pemijahan.
Dalam merealisasikan restocking ikan belida, lanjutnya, akan sangat sulit jika menunggu pemijahan secara alami di musim tertentu, dengan jumlah telur hanya 200-250 butir saja. Peneliti BRIN dan akademisi akhirnya men-trigger dengan penggemukan melalui pakan makanan bernutrisi dan kondisi tempat tinggal yang hampir mirip dengan alam.
“Jika di sini, kita upgrade ke pemijahan dengan pematangan gonad ikan. Kita upayakan pemijahan di luar musim bisa 1-4 kali dalam satu tahun. Kita lakukan suntik hormon LSH dan FH dengan campuran antidomapin, untuk menstimulus ikannya agar bisa bertelur banyak,” katanya.
Dari awalnya hanya ada 10 calon induk Belida Chitata Lopis, kini sudah menghasikan 1.000 telur larva di tahun lalu dan 458 butir telur larva di tahun ini. Namun prosesnya cukup panjang, karena total telur sampai bertahan untuk jadi benih ada sekitar 75 ekor benih yang sudah menetas di aquarium.
Alasan harus banyaknya jumlah ikan belida usia remaja yang disiapkan, karena proses pemijahan alami, menelur hingga jadi anakan ikan di alam sangatlah lama, apalagi masa pertumbuhannya sangat lama .
“Kalau di alam, beratnya bisa 1 Kilogram/tahun dengan pakan alami. Apalagi dengan pakan pelet, kita mencari pelet dan nutrien yang cocok untuk memacu pertumbuhan ikan belida. Agar nanti jika restocking di alam liar, ukurannya besar dan tidak menjadi mangsa ikan lain.
Jika pelepasan ikan belida remaja sudah dilakukan, BRIN juga akan memasang microchip GPS untuk tracking kawasan habitat ikan belida, lokasi pemijahan dan jumlah benih yang dihasilkan. Jika sudah terlacak, BRIN akan berkolaborasi dengan pemerintah daearah untuk melakukan perlindungan terhadap kawasan tersebut dalam rangka pelestarian populasi ikan belida.
Pengetahuan Baru

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas PGRI Palembang Indah Anggraini mengatakan, konservasi ikan belida dalam program Belida Musi Lestari PT KPI RU II Plaju Palembang, sudah dimulai tahun 2023 hingga sekarang.
“Alhamdulillah hasilnya sangat signifikan, kita sudah bisa menghasilkan anakan ikan belida (G1). Harapannya, dengan adanya konservasi ikan belida ini, kita bisa menyelamatkan lagi habitat ikan belida yang menjadi maskot Sumsel,” ungkapnya.
Di Kampus C Universitas PGRI Palembang, jenis ikan belida yang sedang dikonservasi yakni Belida Putak dan Belida Sumatra, sedangkan Belida Kalimantan sudah dikirim ke BRIN Cibinong melalui bantuan pendanaan PT KPI RU III Plaju Palembang.
Untuk tahun pertama konservasi ikan belida, mereka fokus pada pematangan, adaptasi pakan dan lingkungan. Barulah di tahun kedua, ada progres terkait pemijahan dan restocking benih-benih ikan belida.
Dalam membudidayakan ikan belida tersebut, diakuinya membutuhkan perlakuan khusus, apalagi saat fase tidak ada yang memijah (atau perkawinan betina dan jantan). Sehingga harus adanya pemijahan buatan belida dengan bantuan hormonal, merangsang tingkat kematangan gonad indukan betina agar matang sempurna.
“Dari suntik sampai menetas, tergantung kondisi ikannya. Harapan kita seminggu setelah disuntik, ada proses pematangan telur dan bertelur. Tapi seluruhnya kita suntikkan di kolam RAS, nanti dalam waktu dekat kita akan cek lagi apakan indukannya menghasilkan ikan,” katanya.
Kerjasama konservasi dan budidaya ikan belida tersebut, memberi pengaruh besar pada pengetahuan yang didapatkan Fakultas Perikanan dan Pertanian Universitas PGRI Palembang. Banyak dosen dan mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian tersebut, yang juga ke depannya bisa melakukan pengabdian ke masyarakat untuk menjaga habitat ikan belida di alam.
Di Universitas PGRI Palembang, belum pernah ada penelitian khusus tentang ikan belida, yang juga menjadi ikan endemik di Sungai Musi. Namun secara pribadi, Indah Anggraini pernah melakukan penelitian ikan belida Jawa (putak) dengan skala kecil. Barulah dengan kerjasama ini, ada banyak ilmu yang didapatkannya.
“Awalnya mikirnya ikan ditempatkan ke air biasa itu bisa hidup. Ternyata khusus ikan belida, tidak seperti itu, banyak ilmu baru yang sangat terbantukan dengan kegiatan konservasi, khususnya ikan endemik di Sumsel. Kita juga mengetahui pakan-pakan apa saja yang bisa digunakan oleh ikan belida,” ujarnya.
Local Hero

Budidaya ikan belida juga dikembangkan di Desa Sungai Gerong Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin Sumsel, yang dikelola kelompok pembudidaya ikan (pokdatan) binaan Kilang Pertamina Plaju. Ada beberapa pokdatan, seperti Pokdatan Tunas Makmur dan Pokdatan Barokah.
Ikan belida Jawa yang statusnya jadi perlindungan terbatas, kini dibudidaya di kolam Yudi, Local Hero Pertamina dan salah satu penggerak Pokdatan Tunas Makmur. Menggeluti bisnis budidaya ikan air sungai sejak 2012, Yudi paham betul bagaimana treatment budidaya ikan sungai yang hidup di bantaran Sungai Musi.
Namun kali ini, dia mendapatkan kesempatan sekaligus tantangan untuk membudidaya ikan belida Jawa atau putak, dengan modal pelatihan yang didapatkan dari PT KPI RU III Plaju Palembang dan BRIN.
Awalnya tahun 2021, dia bergabung dalam Jelajah Musi Lestari dan CSR Pertamina. Dari sinilah, dia mendapatkan banyak ilmu bagaimana cara budidaya ikan belida, yang masuk dalam kategori ikan langka yang terancam punah.
Jauh sebelum membudidaya ikan belida, dia bersama para peternak ikan sudah hampir putus asa karena dampak COVID-19. Dengan bantuan pertamina, mereka mulai bangkit, karena mendapatkan berbagai bantuan baik pakan, parasara dan inovasi lainnya, termasuk budidaya ikan belida.
“Saya kira perlakuan ikan sungai itu sama saja, tapi ternyata berbeda untuk ikan belida. Karena saya orang awam, jadi ada edukasi baru yang saya dapatkan tentang bagaimana tata kelola hidup ikan belida jika di kolam. Budidaya ikan belida juga menjadi kontribusi saya, untuk melestarikan ikan khas Sumsel yang sudah langka,” ujarnya.
Dia mendapatkan ilmu seperti proses pemijahan ikan belida bisa dilakukan dengan proses alamiah dan semi buatan, sehingga menghasilkan sel telur yang matang. Saat ini ada sekitar 15 ekor ikan belida Jawa yang dibudidaya di dalam kolam waring dan ruangan hatchery untuk pemijahan ikan belida.

Yudi juga turut berkontribusi dalam memenuhi pasokan pakan alami ikan belida, dengan membudidaya ikan sungai lainnya. Yang nantinya anakan ikan tersebut akan jadi pakan ikan belida Jawa dan dikirim ke Universitas PGRI Palembang sebagai tambahan pakan ikan belida di sana.
Sama halnya dengan local hero Pertamina satu ini, Rival. Anak muda ini menjadi anggota Pokdatan Tunas Makmur, yang membudidayakan udang kaca sebagai pakan ikan belida. Dia juga belajar untuk menanam tanaman Indigofera, pakan alami ikan yang sedang dikembangkan.
“Tanaman Indigofera menjadi bahan campuran untuk membuat pelet ikan, untuk pemenuhan protein nabati. Ada sekitar 2.000-an pot Indigofera yang sedang ditanam dengan masa usia 2 mingguan. Nanti saat 2-3 bulanan, baru bisa kita olah daunnya untuk campuran pelet ikan yang bergizi” katanya.
Belida Musi Lestari

Area Manager Communication, Relations & CSR Siti Fauzia melalui Galih Arjuna Ismail, Junior officer 1 CSR dan SMEFF berujar, dari program Belida Musi Lestari 2022-2025 ini, PT KPI RU III Plaju Palembang sudah mengekspansi program tersebut menjadi akwasan terintegrasi end to end dari hulu ke hilir. Tidak hanya ikan belida saja, tapi ikan air tawar lainnya.
“Desa Sungai Gerong Kecamatan Banyuasin 1 ini menjadi awasan terintegrasi yang kami inisiasikan, terutama untuk budidaya ikan belida Jawa, dari proses pembesaran ikan dan lainnya. Kami juga menerakan inovasi Integrated Multi Tropic Aqua-culture (IMTA) dengan menggunakan kolam bioplog, sehingga memompa air dan memanfaatkan cacing sutra, agar kotoran di air bisa tersaring dan airnya bisa dipakai lagi untuk kebutuhan budidaya ikan lagi,” ujarnya.
Selain di desa ini, kampus Universitas PGRI Palembang juga menjadi lokasi konservasi dan budidaya ikan belida, khususnya ikan belida yang berhasil dilahirkan atau G1. Dengan program ini, menjadi langkah nyata Pertamina untuk mengedukasi ke masyarakat, tentang pentingnya menjaga alam dan habitatnya agar tidak terancam punah lagi.
Program Sustainable Fisheries Emplowering Community – Belida Musi Lestari Berdikari juga sudah berjenjang sejak 2022 lalu. Mulai dari inisiasi perikanan terintegrasi (2022), Menyemai Perikanan Wujudkan Harapan (2023), Integrasi Perikanan untuk Musi Berkelanjutan (2024), Perikanan Lestari Masyarakat Berdikari (2025) dan ke depannya Edu-Wisata Perikanan Berkelanjutan (2026).

Gubernur Sumsel Herman Deru menyambut baik program Belida Musi Lestari dari KPI RU III Plaju Palembang. Menurutnya, pengembangbiakan ikan belida adalah langkah cerdas dan bentuk perhatian terhadap ikan ikonik Sumsel yang harus dilestarikan.
“Bukan lagi mengapresiasi, saya akan mengajak kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Sumsel untuk menyukseskan program (Belida Musi Lestari) ini. Terima kasih Pertamina,” ujarnya.
Dukungan juga disampaikan oleh Komandan Lanal Palembang Kolonel Laut (P) Faisal, M.Tr.Hanla., M.M., CRMP, terhadap konservasi dan budidaya ikan belida. TNI Angkatan Laut (AL) juga siap untuk mengedukasi masyarakat dalam menjaga pelestarian ikan belida.
“Sudah terhitung langka, dan kita harus tetap menjaganya agar ekosistemnya tetap lestari. Kami akan bekerjasama juga dengan pemerintah daerah, khususnya provinsi dan kabupaten/kota untuk mengedukasi masyarakat tentang keberadaan ikan belida di Sungai Musi yang terancam punah,” katanya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumsel Aries Irwan Wahyu juga siap mendukung upaya pelestarian dan pemulihan ikan belida dengan program Belida Musi Lestari dari Pertamina, salah satunya dengan memberikan rekomendasi lokasi yang tepat untuk restocking ikan belida.
“Kami akan upayakan segera dilakukan Forum Group Discussion untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, untuk mendukung program Belida Musi Lestari Pertamina ini,” ucapnya.
Dalam fokus mencegah punahnya ikan endemik di Sungai Musi, DKP Sumsel sudah bekerjasama dengan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang perwakilan Palembang dalam pelestarian ikan belida. Kegiatannya yakni dengan melakukan survei jenis ikan belida di beberapa kawasan di Sungai Musi, seperti di Kota Palembang dan Prabumulih, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Musi Banyuasin, Muara Enim dan beberapa daerah lainnya.
Untuk mencegah penangkapan liar ikan belida di Sungai Musi, DKP Sumsel juga berkolaborasi dengan Satwas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perwakilan palembang serta Satpol Airud, dalam melakukan operasional pengendalian penangkapan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan atau illegal fishing, terutama ikan belida. ***
 
									
 
													





















