Sespimen Polri Selenggarakan Pameran Karikatur di Wilkum Polrestabes Palembang

Istimewa

INDODAILY.CO, PALEMBANG — Pameran Karikatur “Gitu Aja Kok Repot” kegiatan Sespimen Polri di wilayah hukum Polrestabes Palembang diselenggarakan di Palembang Icon (PI) di mulai hari Sabtu (9/9/2023) sampai dengan Rabu (13/9/2023).

Pantauan langsung, Sabtu (9/9/2023) siang banyak masyarakat yang berkunjung ke acara pameran karikatur ini, baik anak – anak, remaja, hingga orang dewasa.

“Gitu aja kok repot” kelakar Gusdur yang melegenda. Apa yang dikatakan Gus Dur bukan menggampangkan melain menyejukkan, mengingatkan kita semua untuk tidak terlalu baperan, tidak memperumit atau mempersulit dan tak memperkeruh suasana, pada Selasa, 6 September 2023.

Di tahun politik, situasi dan suasana memanas perlu ada pendingin membuat mesem, adem ayem. Pemilu merupakan pesta kebudayaan dan ikon peradaban dalam suksesi kepemimpinan.

Menurut Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana, di era post truth seakan semua dimaharkan, wani piro oleh opo, umek bikin puyeng dan memancing konflik dengan berbagai provokasi yang mengobok – obok opini publik.

Mahar dapat dipahami sebagai tanda saling memahami, saling menerima, sejatinya bukan sebagai transaksi jual beli.

Mahar dapat juga dipahami sebagai wujud penghormatan atau kompensasi atas sesuatu sebagai tanda kasih. Mahar memang bukan bisnis, bisa saja dengan barang atau uang, apa yang diberikan bisa lebih murah atau lebih mahal.

Mahar biasanya berkaitan dengan barang – barang yang berkaitan dengan kekuatan supranatural. Istilah mahar banyak digunakan untuk menghaluskan atau membuat lebih sopan atas sesuatu yang berkaitan dengan politik, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.

“Mahar menjadi tanda kesepakatan yang dimanfaatkan para broker untuk menjembatani pemberian rekomendasi, ataupun restu,” ujar Irjen Pol Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana saat menggelar pameran kartun di Pontianak beberapa waktu lalu.

Para broker sadar kaum ningrat tidak mau kotor tangannya agar tetap terkesan anggun, baik dan benar, walau maunya tetap lebih besar atau lebih banyak.

Broker akan menjadi penghubung sekaligus jagal dan dept collectornya. Para broker memang lihai melayani dan membuat happy para kaum ndoro. Broker inilah yang mondar mandir mencari orang yang cocok untuk permaharan.

Tatkala sudah deal maka broker akan akan mencarikan persyaratan dan mempertemukan dengan ndoro untuk memberi restu atau rekom atau sponsor. Semakin besar sumber daya yang ditransaksikan akan semakin besar maharnya.

“Para broker ini orang yang paling menikmati dan menguasai. Broker bagai promotor tinju, tidak peduli dengan kalah menang yang penting cuan,” jelasnya.

Para broker menyadari bahwa pendekatan personal dalam birokrasi menjadi ladang emasnya. Para broker memposisikan sebagai soft power atau smart power. Komunikasi, kedekatan, kepercayaan menyimpan rahasia menjadi kebanggaannya, selama menguntungkan akan semakin loyal.

Pelayanan personal menjadi yang pertama dan utama. Para broker rela untuk “mbabu” asalkan tetap dekat dengan ndoro. Asal “ndoro” senang apapun ia lakukan. Bagai renang katak kerjanya, menyembah ke atas, menyempak yang di samping dan menginjak yang di bawah. Para broker mampu menentukan mahar sesuai dengan stratifikasi kekuatan atau kekuasaan yang ditawarkannya.

Semakin besar proyek yang ditawarkan maka akan mematok mahar besar. Mahar menjadi topeng transaksi. Yang variasinya beragam dari uang tunai, sertifikat, atau apa saja yang dianggap sesuai dengan nominal yang telah disepakatinya.

Mahar menjadi sesuatu yang bukan tabu dan tanpa malu malu dipatok angka. Mahar bukan di pasar dan bukan dipatok dalam besaran angka. Mahar menjadi transaksi informal saling percaya dan apapun yang terjadi tetap maju tak gentar membela yang bayar.

Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana bersama Kartunis Non O yang terdiri dari Sudi Purwono, Gatot Eko Cahyono, Anwar Rosyid, Itok Isdiyanto Iskandan, pelukis Joko Kisworo bersama berbincang bincang menyikapi soal tahun politik yang memanas.

Perseteruan di media sosial semakin menggelinding bagai bola salju yang menabrak ke mana mana.

Pos terkait