INDODAILY.CO, PALEMBANG – Banjir yang melanda Kota Palembang pada Sabtu (25/12/2021) lalu itu merupakan banjir terparah dalam 31 tahun terakhir. Hal tersebut berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Saat itu, curah hujan sebesar 159,7 milimeter. Penyebabnya, aktifnya fenomena La Nina yangg dirilis sejak 20 Oktober 2021.
Karena itu, Wali Kota Palembang H Harnojoyo mengajak semua elemen masyarakat meningkatkan partisipasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Hal ini dikemukakannya saat menjadi Pembina apel siaga bencana banjir, di halaman kantor Dinas PUPR Kota Palembang, Selasa (28/12/2021).
Wali Kota Palembang, H Harnojoyo mengatakan, pihaknya mengingatkan bahwa Palembang secara topfografi adalah wilayah yang memang rentan genangan air maupun banjir. Ini karena kondisi kota yang dilalui beberapa aliran dari anak Sungai Musi. Curah hujan yang tinggi turut memperparah. Ini dari faktor alam.
“Wilayah kita ini 49 persen kondisi normal kering, tidak tergenang air, 36 persen selalu tergenang air, dan 15 persen kadang tergenang kadang tidak. Ini kondisi normal. Kejadian kemarin, Sabtu (25/12) ini kondisi tidak normal karena curah hujan yang tinggi dan pengaruh pasang di sungai menjadi penyebab titik genangan meluas,” ujar Harnojoyo, di hadapan peserta apel gabungan, baik dari unsur TNI, Polri, Dishub, Dinas PUPR, Dinas Kebersihan, Tagana, DPBPK, LSM dan institusi terkait lainnya.
Harnojoyo menyebut, saat banjir ekstrem pada Sabtu lalu, ada beberapa titik yang genangan mencapai lebih dari 1,5 meter. Bahkan, ada pula beberapa titik yang sebelum tidak banjir, jadi banjir.
Menurutnya, bahwa genangan air maupun banjir juga akibat faktor manusia yang aktivitasnya berdampak pada menyempitnya lebar sungai, jaringan drainase, utilitas kota.
“Mendirikan bangunan liar, alih fungsi rawa yang tidak memperhatikan aspek lingkungan, termasuk juga membuang sampah sembarangan,” Harnojoyo menyebutkan.
Harnojoyo menuturkan, saat hujan deras pada Sabtu lalu, ia mendatangi sistem pompanisasi Sungai Bendung. Dari enam pompa, hanya dua yang berfungsi maksimal.
Satu pompa berkapasitas 6000 liter per detik. Total enam pompa berkapasitas 36.000 liter per detik, untuk mencover Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Bendung seluas 2.400 hektare.
“Artinya, jika hujan, di wilayah Sungai Bendung yang seluas 2.400 hektare itu mampu mengurangi genangan air. Tapi pompa tidak berfungsi maksimal. Saat hujan deras, dua pompa dihidupkan. Ketika saya datang, saya minta dihidupkan satu lagi pompa. Masih normal. Ketika dihidupkan satu lagi, jadi empat pompa, tidak ada air yang disedot. Walaupun di kawasan Hulu masih tergenang. Ini karena kemampuan pompa tidak sesuai dengan air yang masuk ke dalam kolam retensi. Sehingga, sistem pompanisasi ini perlu direkonstruksi ulang,” ucap Harnojoyo, seraya juga meminta dukungan Kepala BBWS VIII yang hadir saat apel gabungan siaga banjir itu.
Ia juga mengimbau semua pihak lebih sigap dalam pengawasan titik rawan banjir, serta mengoptimalkan sarana dan prasarana yang berfungsi untuk meminimalisir banjir.
“Saya mengimbau untuk rutin meningkatkan fungsi saluran air, terutama gorong-gorong, berkoordinasi dengan dinas terkait sehingga berfungsi maksimal,” kata Harnojoyo.
Harnojoyo menambahkan, bahwa Pemkot Palembang juga akan menyosialisasikan ke masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya. Juga mengajak gotong royong rutin setiap minggu, penertiban bangunan-bangunan liar yang mengganggu fungsi infrastruktur air.
“Saya juga mengajak seluruh LSM dan semua pihak siap siaga menghadapi cuaca ekstrem. Terus meningkatkan partisipasi dan peran aktif komunitas untuk peduli lingkungan,” tukasnya.