INDODAILY.CO, PALEMBANG – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS), Surono S,Pd menyambangi kantor Mattanews.co dan mengikuti podcast Ngobrol Bareng Sahabat (Ngobat), Sabtu (11/9/2021) malam lalu, di Jalan Angkatan 45, Lorong Harapan I, Kecamatan Ilir Barat I, Palembang, Senin (13/9/2021).
Ketika Host Endi Ruskan menanyakan sejarah kepada Sekjen DKSS, Surono S,Pd mengatakan, dirinya bermula dari Dewan Kesenian Palembang (DKP) sebagai pengurus selama satu periode. Kemudian, satu periode pindah ke DKSS dan sampe sekarang bertahan, kira-kira sudah hampir 15 tahun.
Suruno mengatakan, bahwa dewan kesenian itu dibentuk, sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah daerah kabupaten/kota maupun Provinsi Sumsel, untuk mengurusi kesenian. Mengurusi disini, itu bukan berarti melakukan kegiatan, tetapi melakukan koordinasi, penataan sampai ke tahap pelestarian.
“Karena jujur, saat ini yang lagi miris beberapa kesenian dari kita sudah mulai banyak ditinggalkan, teman-teman juga sudah banyak hal penting yang mau di urus. Kita tidak sadar bahwa semakin lama kesenian-kesenian daerah, semakin ditinggalkan. Mereka ditinggalkan bukan berarti menghilang, akibat ditinggalkan otomatis mereka menghilang. Seperti dulmuluk dan lagu melati karangan,” ujar Suruno saat podcast bersama Host Endi Ruskan.
Surono menjelaskan, saat ini termasuk teman-teman yang ada didaerah tidak lagi menemukan kesenian daerah itu secara langsung, jadi menganggap sudah tidak ada lagi. Tugas dewan kesenian, harus terus menumbuhkan kelestarian yang ditinggalkan, dan berat. Karena barang itu ada, kalau mau ditumbuhkan dirinya tidak mengetahui seperti apa.
“Saat ini, banyak orang dari luar Provinsi yang ber kesenian di Sumsel. Mereka harus ditampilkan, Seperti kelompok teater dan seni lainnya,” ucapnya.
Surono menyebut, kalau bicara soal seniman, pihaknya benar-benar harus memilah. Itu kategori yang sangat berat untuk memilahnya, kalau bicara soal hak. Harusnya pemerintah bisa memberikan royalti terhadap seniman yang menciptakan sebuah karya.
“Mari kita sama-sama, membuat hak cipta teman-teman baik itu di kabupaten/kota se-Sumsel. Karena DKSS tidak bisa berjalan sendiri,” terangnya.
Surono menjelaskan, kalau bicara tentang kebudayaan, bukan bicara tentang seni saja. Baik itu tentang kerajinan dan cagar budaya.
“Jadi, sampai saat ini kalau kita mengurus tentang kebudayaan seperti cagar budaya, kita masih mengurusnya di Jambi. Karena kita belum ada Dinas Kebudayaan. Saya rasa Gubernur Herman Deru, tidak kekurangan orang-orang untuk memimpin sebagai Kepala Dinas Kebudayaan di Sumsel,” imbuhnya.
Menurut Surono, pihaknya mendengar juga kemarin ada rapat paripurna di DPRD Sumsel, salah satunya tentang pemisahan Dinas Kebudayaan (Disbud) dan Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sumsel. Mari giring bersama dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan jejak Otonomi Daerah (OTDA). Sehingga Gubernur Sumsel, tinggal mencari tempat untuk Disbudpar Sumsel.
“Untuk saat ini, kami ingin mengawal DPRD Sumsel, untuk sama-sama mengawal. Semoga semakin cepat Dinas Kebudayaan segera terwujud. Kalau sudah terwujud, kami akan segera melakukan pendataan kesenian-kesinian, ataupun budaya-budaya yang ada di Sumsel yang hampir punah, segera kita lakukan,” tuturnya.
Surono menambahkan, pihaknya dari DKSS sangat berharap, agar Dinas Pariwisata dan Dinas Kebudayaan Provinsi Sumsel, untuk berdiri sendiri.
Menurutnya, dalam waktu dekat, DKSS sudah merencanakan bersama beberapa seniman dan budayawan akan melakukan dialog dengan DPRD Sumsel. Tujuannya utk memberikan dukungan agar DPRD Sumsel memprioritaskan pembahasan pembentukan Dinas Kebudyaan Sumsel.
“Tentu kami juga akan berkirim surat audiensi ke Gubernur Sumsel. Intinya, kami yakin pembentukan Dinas Kebudayaan akan mempercepat terlaksananya visi dan program Pak Gubernur di bidang kebudayaan,” kata Surono.(DJ).