PALEMBANG, INDODAILY.CO – Mahasiswa Pecnta Alam (Mapala) Hiawata Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) menggelar Seminar Speleology yang membahas tentang potensi pariwisata karst di Sumatera Selatan (Sumsel).
Acara yang digelar pada hari Senin (19/6/2023) siang di Kampus B UMP, diikuti oleh puluhan peserta dari pelajar, mahasiswa dan peggiat alam di Sumsel.
Mengangkat tema ‘Masa Depan Cagar Budaya di Karst Sumsel, Managemen Wilayah dan Pariwisata’, Mapala Hiawata mengundang empat pembicara yang berkompeten di bidangnya.
Seperti Erlangga Esa Laksamana, pembicara dari Stasiun Nol Festival dan Kartografi, yang membahas tentang ‘Fungsi Peta Gua Bagi Konservasi Lingkungan Karst’.
Lalu, Dr Sondang M Siregar, peneliti Ahli Madya Pusat Riset Arkeologi Lingkungan Maritim dari BRIN, yang mengangkat tema ‘Cagar Budaya dan Lingkungan’.
Ada juga Khotaman, instruktur HIPEKSI yang membahas tentang ‘Peran Masyarakat sebagai Penggerak Konservasi dan Pariwisata’. Serta Dr Asvic Helida, Dosen Prodi Kehutanan UMP dalam tema yakni ‘Kebijakan Hutan di Sumsel Dalam Upaya Konservasi Karst’.
Redo Ilhamsyah, Ketua Mapala Hiawata FT UMP mengatakan, ada dua kegiatan dalam acara tersebut. Yakni seminar speleology dan pemetaan di lokasi Goa Selabe di Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), yang termasuk salah satu kawasan karst terbanyak di Sumsel.
“Banyak yang eksplor saja tapi tidak ada data, dari pihak instansi juga masih sedikit datanya. Sehingga dengan kegiatan ini bisa melatih para peserta untuk mengumpulkan data-data goa dan melihat bagaimana potensi pengembangan pariwisata karst,” ucapnya, Senin (19/6/2023).
Para peserta seminar dan pemetaan berasal dari berbagai kampus dan komunitas di Indonesia, mulai dari Komunitas Pecinta Alam (KPA), mapala hingga penggiat alam lainnya.
Pemetaan dan susur goa akan dilaksanakan selama 3 hari, dari Selasa (20/6/2023) hingga Kamis (22/6/2023) di Baturaja OKU Sumsel.
Jalur horizontal Goa Selabe sendiri mempunyai 6 mulut goa, salah satunya berbentuk vertical dengan kedalaman sekitar 10 meteran.
“Pemilihan di kawasan karst Baturaja, karena berdekatan juga dengan penemuan prasejarah di Goa Harimau di daerah sekitar. Yang ditemukan baru di goa harimau, tapi kemungkinan potensinya ada di goa-goa lainnya,” ungkapnya.
Ditambahkan Hendri, Ketua Pelaksana Speleology Hiawata, butuh waktu setengah hari untuk menelusuri Goa Selabe tersebut, dengan ornament-ornamen goa yang masih alami.
Sebelum ke Goa Selabe, Mapala Hiawata UMP juga sudah menyusuri berbagai jenis goa-goa di Sumsel, seperti di kawasan Karst Kikim di Kabupaten Lahat Sumsel.
“Tak hanya di Kabupaten OKU, tapi juga di daerah lain masih banyak goa-goa yang belum didata dan berpotensi jadi wisata khusus di Sumsel. Ada yang jalurnya vertikal, horisontal namun data-datanya belum ada dan akses ke sana sulut,” ujarnya
Erlangga Esa Laksamana mengatakan, minat peggiat alam untuk mendalami kegiatan alam bebas caving dan pemetaan memang paling sedikit, dibandingkan kegiatan lain.
Untuk mengembangkan menjadi wisata khusus memang bisa, namun goa-goa di Sumsel lebih mengarah ke lokasi untuk penelitian ilmiah.
“Sejauh ini orang yang ke sana adalah arkeolog, tapi ahli biologi dan ahli karst belum ada. Untuk penelitiannya, masih bisa diulas lebih detail,” ujarnya.
Sehingga potensi pariwisata karst di Indonesia terutama di Sumsel terkesan mandek. Terlebih pemerintah sulit menyentuh potensi goa-goa di daerahnya, karena minim data yang ada.
“Mungkin mereka (pemerintah) tidak ada tim yang bisa untuk pemetaan goa, jadi belum bisa dikembangkan untuk pariwisata. Itulah tugas berat kita, untuk meningkatkan minat para peggiat alam khususnya pemetaan karst,” ujarnya.
Dia juga mengharapkan dengan kegiatan Speleology Mapala Hiawata UMP tersebut, bisa memunculkan Sumber Daya Manusia (SDM) dari kalangan mahasiswa dan peggiat alam, untuk pemetaan data-data karst di Sumsel.
Apalagi minat dari para peserta kegiatan tersebut merata dan cukup banyak, terutama dari para generasi muda yang berpotensi untuk menjadi peneliti karst-karst di Sumsel.
“Diharapkan dengan kegiatan ini, bisa meningkatkan minat dan SDM untuk pemetaan karst. Memang tugasnya masih sangat besar, tidak hanya di Sumsel saja, tapi di Indonesia. Sehingga potensi pariwisata karst di Indonesia bisa perlahan terangkat,” katanya.