Merayakan Idul Fitri di Semendawai Suku III: Tradisi Lebaran yang Kental dengan Kearifan Lokal dan Kuliner Khas

wajik kletik, sejenis kue ketan manis yang terbuat dari beras ketan, kelapa parut, dan gula merah. Hidangan ini tidak hanya disajikan sebagai camilan untuk tamu, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur masyarakat setempat. Foto : Dinda Juwita

INDODAILY.CO, OKU TIMUR – Perayaan Idul Fitri di Semendawai Suku III selalu menjadi momen yang penuh makna, bukan hanya sebagai ajang silaturahmi bagi umat Muslim, tetapi juga sebagai wujud pelestarian tradisi dan kearifan lokal. Setiap tahunnya, masyarakat setempat merayakan Lebaran dengan nuansa khas yang membedakannya dari daerah lain, salah satunya melalui hidangan tradisional yang tak pernah absen di meja makan.

Wajik Kletik, Hidangan Wajib Saat Lebaran

Salah satu makanan khas yang selalu hadir saat Idul Fitri di Semendawai Suku III adalah wajik kletik, sejenis kue ketan manis yang terbuat dari beras ketan, kelapa parut, dan gula merah. Hidangan ini tidak hanya disajikan sebagai camilan untuk tamu, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur masyarakat setempat.

Menurut Novi, seorang warga lokal, wajik kletik adalah bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di desa ini.

“Lebaran tanpa wajik kletik rasanya kurang lengkap. Ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga tradisi turun-temurun yang terus kami pertahankan,” ujarnya, Senin (31/03/2025).

Proses Pembuatan yang Masih Tradisional

Keistimewaan wajik kletik tidak hanya terletak pada rasanya yang manis dan legit, tetapi juga dalam cara pembuatannya yang masih menggunakan metode tradisional. Pembuatan wajik ini dilakukan secara manual dengan memasak menggunakan tungku kayu bakar, sehingga menghasilkan cita rasa khas yang sulit ditiru oleh proses modern.

Bacaan Lainnya

Wajik kletik memiliki tekstur padat tetapi tidak keras, sehingga cocok dinikmati oleh semua kalangan, termasuk anak-anak. Sensasi rasa manis dari gula merah berpadu dengan aroma kelapa yang khas menjadikannya favorit banyak orang saat Lebaran.

Simbol Tradisi dan Kearifan Lokal

Bagi masyarakat Semendawai Suku III, wajik kletik lebih dari sekadar makanan—ia adalah bagian dari identitas budaya yang terus dijaga. Evi, warga lainnya, menekankan pentingnya menjaga kuliner khas ini agar tidak hilang seiring dengan modernisasi.

“Wajik kletik ini jangan sampai dilupakan, karena ini adalah simbol dan tradisi kearifan lokal di desa kami. Setiap Lebaran, makanan ini selalu hadir sebagai bagian dari perayaan,” katanya.

Melestarikan Warisan Kuliner Nusantara

Keberadaan wajik kletik menjadi bukti bahwa kuliner tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Lebaran di Semendawai Suku III bukan hanya tentang berkumpul dan bersilaturahmi, tetapi juga tentang menjaga warisan budaya yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu.

Dengan tetap mempertahankan tradisi ini, masyarakat tidak hanya menjaga cita rasa khas daerahnya, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat merasakan dan mengenal kuliner yang sarat akan nilai budaya dan sejarah.

Pos terkait