Kreativitas Tanpa Batas Wujudkan Penguatan Ekonomi Para Puan Sumsel

Kelompok Hidroponik Mariana di Kabupaten Banyuasin Sumsel, merupakan salah satu Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Kelompok Hidroponik Mariana di Kabupaten Banyuasin Sumsel, merupakan salah satu Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

INDODAILY.CO, PALEMBANG – Tanaman hijau menghiasi pekarangan rumah Rahmawati (31), meneduhkan pandangan di siang hari di tengah teriknya cuaca di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel).

Sayur-mayur hijau yang tumbuh di pipa hidroponik itu, dirawat dengan sepenuh hati oleh Rahmawati dan ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok Hidroponik Mariana binaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang.

Rumah Rahmawati yang berlokasi di Jalan Sabar Jaya RT. 10 RW.02 Kelurahan Mariana Kecamatan Banyusin 1 Kabupaten Banyuasin Sumsel, menjadi rumah kedua bagi puluhan ibu rumah tangga (IRT) di daerah sekitar, untuk mengembangkan bakat dan minatnya dalam bercocok tanam.

Selain mengelola tanaman di pipa hidroponik, ibu-ibu juga mendapatkan kesempatan untuk belajar melakukan pengelolaan ekonomi berbasis urban farming. Dari tanaman sayur-mayur yang ditanam dengan cinta, mereka bisa mendapatkan pundi-pundi uang untuk membantu kebutuhan rumah tangganya.

Tak pernah terbayangkan bagi Cik Ona (53), wanita paruh baya di Kelurahan Mariana ini bergabung dengan Kelompok Hidroponik Mariana. Di usianya yang melebihi setengah abad, dia kembali merasakan gairah hidup yang sudah lama tidak dirasakannya.

Bacaan Lainnya

Dulunya, dia hanyalah IRT yang hanya berdiam diri di rumah, mengurus kedua cucunya di rumah sehari-hari. Kebutuhan hidupnya pun didapati dari nafkah anak-anaknya yang sudah dewasa dan bekerja.

Dia juga hanya bisa mengandalkan gaji pensiun mendiang suaminya, untuk membiayai anak bungsunya yang kini duduk di bangku kuliah. Hidupnya terasa begitu datar, hanya mengurus sumur dan dapur saja.

Kelompok Hidroponik Mariana di Kabupaten Banyuasin Sumsel, merupakan salah satu Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Kelompok Hidroponik Mariana di Kabupaten Banyuasin Sumsel, merupakan salah satu Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

Namun jalan hidupnya berubah drastis, setelah dia tergabung dalam Kelompok Hidroponik Mariana. Dia bersama ibu-ibu lainnya bisa melakukan aktivitas positif, mengenal dunia luar dan bisa plesiran memamerkan hasil buah tangannya sendiri ke banyak tempat.

“Kalau dulu saya hanya di rumah saja, masak, mengurus rumah dan cucu. Tidak ada kegiatan apapun yang bisa dilakukan, monoton di rumah saja. Tapi sejak diajak mengelola hidroponik ini, seperti ada semangat baru yang hadir walau usia sudah sepuh. Saya bisa bertemu dengan banyak orang dari kegiatan ini, bisa berbisnis kecil-kecilan dari hasil penjualan pengelolaan hidroponik,” ujarnya kepada Indodaily.co, Sabtu (4/11/2023).

Dia bersama belasan IRT lainnya mengelola tanaman hidroponik, mulai dari sawi, caisim, pakcoy, selada, kangkung dan bayam. Panen hidroponiknya sering dijual ke kampung-kampung, mulai dari Rp15.000 seikat.

Di bawah pimpinan Rahmawati, Cik Ona dan beberapa IRT yang tergabung dalam tim UMKM Hidroponik Mariana, mengelola sayuran tersebut menjadi cemilan sehat. Mulai dari keripik sayur, pempek sayur hingga nugget sayur.

Produk olahannya sering dipesan oleh warga sekitar hingga perusahaan dan instansi pemerintahan. Bahkan Cik Ona yang tak pernah tahu bagaimana suasana di luar Kabupaten Banyuasin, kini bisa plesiran ke berbagai daerah di Sumsel saat memamerkan olahan urban farming-nya.

“Dari hasil penjualan panen sayuran dan olahannya, kami kumpulkan dan setelah banyak akan dibagi rata ke seluruh anggota. Walau tak banyak, tapi uang itu membantu saya untuk biaya tambahan kuliah anak bungsu saya,” katanya.

Hidup Penuh Warna

Rahmawati (kiri) dan Cik Ona (kanan), menjual keripik sayur hidroponik di kantin sekolah, yang dikelola dari Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Rahmawati (kiri) dan Cik Ona (kanan), menjual keripik sayur hidroponik di kantin sekolah, yang dikelola dari Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

Kehidupan yang penuh warna di usia paruh baya juga dirasakan oleh anggota tim lainnya, yakni May (52) dan Reta (50). Mereka menemukan cara lain untuk bisa produktif di usia lanjut, bahkan bisa berkreasi tanpa batas, terkendala umur dan modal usaha.

Dari hasil penjualan pengolahan tanaman hidroponik, para IRT itu juga punya modal usaha dan bisa berjualan makanan di kantin sekolah yang dikelola ketua Kelompok Hidroponik Mariana, yakni di Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA) Babul Ulum Banyuasin.

Beberapa jenis makanan yang dijajakan seperti nasi goreng, bakwan, roti goreng, pempek dan lainnya. Penghasilan dari pengelolaan hidroponik tersebut terus berputar, hingga menjadi rantai ekonomi yang stabil untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.

“Penghasilan suami tak menentu, hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Tapi dengan penghasilan dari hidroponik ini, bisa kami putar untuk bikin bisnis kecil-kecilan, yang bisa menopang kebutuhan di rumah,” kata May.

Ketua Hidroponik Mariana Rahmawati berujar, Kelompok Hidroponik Mariana merupakan Program Soedoeng Sriwijaya – Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP) dari Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Palembang, yang dijalani sejak 2019 lalu.

Dalam program ini, ada dua tim yakni tim Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdiri dari 6 orang IRT. Sedangkan tim hidroponik dikelola oleh 18 orang para IRT di kawasan sekitar.

Patra Niaga Integrated Terminal Palembang memberikan banyak bantuan, untuk penguatan ekonomi kerakyatan yang menyasar ibu-ibu yang tidak mempunyai penghasilan apapun. Bantuannya seperti instalasi hidroponik 600 lubang, yang kini menjadi salah satu alternatif penghasilan yang menggiurkan.

Bantuan lainnya yang menunjang penguatan ekonomi kerakyatan, dengan memberikan alat produksi keripik sayur hidroponik. Seperti oven, kompor, kuali, freezer, etalase, lemari, rak, meja lipat dan lainnya.

Anggota tim UMKM Kelompok Hidroponik Mariana Banyuasin, sedang menimbang keripik sayur hidroponik, yang dikelola dari Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Anggota tim UMKM Kelompok Hidroponik Mariana Banyuasin, sedang menimbang keripik sayur hidroponik, yang dikelola dari Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

“Pertamina juga memberikan pelatihan secara kontinu, hingga kami akhirnya bisa menghasilkan produk nugget sayur dan biskuit sayur hidroponik. Sekarang produk olahan itu jadi salah satu makanan yang direkomendasikan dalam penanganan stunting di Banyuasin,” katanya.

Lurah Mariana Banyuasin, Muthharul Fahmi (38) berkata, kasus stunting di Banyuasin terus menurun, salah satunya berkat peran UMKM yang memproduksi makanan sehat yang dibutuhkan dalam pencegahan stunting.

“Kegiatan dari kelompok Hidroponik Mariana sangat bermanfaat meningkatkan bisnis UMKM di sini. Apalagi kelompok ini menjadi salah satu percontohan pengelolaan hidroponik, yang bisa ditiru masyarakat sekitar. Kami akhirnya termotivasi juga, untuk mengembangkan hidroponik dengan budidaya ikan lele,” katanya.

Kelompok Hidroponik Mariana juga memberikan pelatihan untuk para warga binaan di Lapas Perempuan di Jalan Merdeka Palembang, melalui pendampingan dari Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Palembang.

Pelatihan hidroponik yang diikuti para warga binaan, mulai dari cara menanam bibit di instalasi hidroponik, berapa takarannya dan bagaimana pengairan yang harus terjaga.

Pembinaan Warga Binaan

Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang, juga menyasar para warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, agar bisa mempunyai kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih baik lagi setelah keluar penjara (Indodaily.co / Nefri Inge)
Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang, juga menyasar para warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, agar bisa mempunyai kemampuan untuk membangun kehidupan yang lebih baik lagi setelah keluar penjara (Indodaily.co / Nefri Inge)

Pemberdayaan perempuan yang dilakukan dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang di Lapas Perempuan Palembang tak berhenti di situ saja. Para warga binaan di Lapas Perempuan Palembang mendapatkan banyak pelatihan.

Salah satunya produksi roti dan kerajinan tangan, dengan memberikan bantuan peralatan produksi roti hingga peralatan kerajinan tangan. Seperti oven pemanggang roti, mesin jahit, instalasi hidroponik dan lainnya dengan total bantuan sekitar Rp800 jutaan.

Sus (45), mantan warga binaan di Lapas Perempuan Palembang ingat betul saat pertama kali divonis menjalani hukuman penjara 3,1 tahun karena penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Di saat itu, dia menjalani masa hukuman dengan keputusasaan.

Terlebih memikirkan saat akan keluar penjara, pandangan negatif di masyarakat hingga bagaimana dia bertahan hidup dengan status sebagai mantan narapidana menghantui pikirannya.

Namun semua ketakutannya seolah sirna, ketika dia mendapat pelatihan pengelolaan hidroponik dan tata boga di dalam lapas, yang didampingi oleh pihak Pertamina. Rasa tidak percayanya seketika sirna, karena dia bisa mendapatkan kembali semangatnya untuk bisa berkreasi ketika lepas dari penjara.

Bahkan dengan keterampilannya, dia mendapatkan bantuan instalasi hidroponik dari Pertamina dan dikelolanya saat sudah keluar penjara beberapa waktu lalu. Dengan mengelola sayuran hidroponik dan menjual sayuran hidroponik, dia terbantu saat berinteraksi dengan warga di sekitar rumahnya di kawasan Plaju Seberang Ulu Palembang.

“Dari tanaman hidroponik, menjadi jembatan komunikasi saya dan tetangga-tetangga di sekitar rumah. Kami saling berbagi ilmu hingga warga juga ikut membeli hasil panen hidroponik yang saya jual dengan harga terjangkau. Rasa minder yang dulu saya alami, seketika sirna dengan adanya keterampilan ini,” katanya.

Salah satu warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, sedang memanggang roti di toko Le Panile Bakery LPP Kelas IIA Kota Palembang. Peralatan produksi roti dan pelatihan warga binaan diberikan Pertamina dalam Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Salah satu warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, sedang memanggang roti di toko Le Panile Bakery LPP Kelas IIA Kota Palembang. Peralatan produksi roti dan pelatihan warga binaan diberikan Pertamina dalam Program Tanjungjawab Sosial Lingkungan Perusahaan yang masuk dalam Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

Ilmu tata boga yang didapat di dalam lapas juga, menjadi modalnya untuk kembali memulai bisnis kuliner. Dia kini berjualan berbagai kue yang dijajakan di warung-warung, seperti roti, bolu, jongkong, donat, engkok dan lainnya.

Hasil dari penjualan sayur hidroponik dan bisnis kuliner itulah, juga menjadi pondasi ekonominya. Apalagi suaminya yang juga mantan narapidana, belum mendapatkan pekerjaan tetap. Keterampilan yang didapat dari lapas itulah, kian menguatkan mereka untuk bisa memulai hidup baru yang positif.

Alhamdulillah sekarang penghasilan hari-hari dari keahlian yang didapatkan, bisa mencukupi kebutuhan hidup. Masyarakat sudah menerima kehadiran saya, berkat keterampilan yang saya dapati di dalam lapas kemarin,” ungkapnya.

Menurut Kepala Lapas Perempuan Palembang Ike Rahmawati, sudah banyak warga binaan yang menikmati dan mendapatkan fasilitas yang berguna dari bantuan Program CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang.

Mereka juga terbantu dengan pelatihan pemasaran secara digital, yang memudahkan promosi produk warga binaan, salah satunya kuliner yang diproduksi di Toko Le Panile Bakery LPP Kelas II A Kota Palembang, yang merupakan Program TJSLP Pertamina.

“Banyak pelatihan dari Pertamina yang diberikan dan ini terus berkelanjutan. Ada banyak perubahan yang dialami warga binaan. Salah satunya perbaikan kesadaran mereka untuk berpikir positif, terlebih saat mereka keluar penjara,” katanya.

Program CSR Pertamina

Salah satu pelajar di MA Babul Ulum Banyuasin membeli keripik sayur di kantin sekolah. Keripik sayur itu adalah produk olahan sayur hidroponik dari Program CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)
Salah satu pelajar di MA Babul Ulum Banyuasin membeli keripik sayur di kantin sekolah. Keripik sayur itu adalah produk olahan sayur hidroponik dari Program CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang (Indodaily.co / Nefri Inge)

Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan, ada banyak Program CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Integrated Terminal Palembang.

Seperti Program Gerakan Wanita Tanam Sayuran (Gertas) di kelompok Hidroponik Mariana Banyuasin, yang bertujuan sebagai salah satu program pemberdayaan perempuan untuk mandiri dan meningkatkan perekonomian keluarga. Dipilihnya hidroponik karena pemanfaatan perkarangan rumah agar tetep produktif dan menghasilkan tambahan pendapatan untuk rumah tangga.

Selain budidaya hidroponik, kelompok juga telah mampu mengolah produk turunan dari hidroponik menjadi keripik sayuran dan pempek sayuran. Jadi walaupun ibu rumah tangga dan di rumah saja, tapi masih bisa produktif dan mendapatkan penghasilan.

“Dengan adanya kegiatan ini, kehidupan mereka perlahan upgrade dari statis menjadi lebih aktif bersosialisasi, terutama para perempuan paruh baya dan mantan narapidana yang juga bisa menambah pendapatan untuk keluarganya,” ujarnya.

Sebagai salah satu bentuk komitmen pertamina dalam melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, sehingga melalui program tanggung jawab sosial lingkungan pertamina ikut serta dalm upaya mendukung Sustainable Development Goals (SGD’s) dan pencapaian ESG Perusahaan.

Baik para puan paruh baya maupun mantan warga binaan, program CSR Pertamina tersebut dirasakan bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri karena mempunyai kemampuan khusus.

“Apalagi bagi para mantan narapidana di Lapas Perempuan Palembang, ketika kembali ke masyarakat, mereka lebih percaya diri dengan kemampuan yang sudah dimiliki. Jadi mereka mempunyai modal untuk kembali memulai usaha baru. Ini adalah bentuk kegiatan dari Energizing Your Community. Kita energize community di wilayah operasi kita, agar bisa berkembang dan berdaya. Tak hanya di Palembang, ada juga di Lapas Jambi dan Bengkulu,” ujarnya.

Perpendek Penggunaan Emisi

Para puan yang berusia paruh baya yang tergabung dalam Kelompok Hidroponik Banyuasin, sedang memanen sayuran hidroponik yang mereka tanam (Indodaily.co / Nefri Inge)
Para puan yang berusia paruh baya yang tergabung dalam Kelompok Hidroponik Banyuasin, sedang memanen sayuran hidroponik yang mereka tanam (Indodaily.co / Nefri Inge)

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Yulian Junaidi mengatakan, CSR dari BUMN memang tepatnya menyasar kelompok rentan terutama paruh baya yang tidak produktif.

Program hidroponik sendiri memang pas untuk urban farming di Sumsel, yang bisa dilakukan masyarakat di lahan terbatas. Program tersebut juga bisa membuat pekarangan lebih bermanfaat dan bersih, sehingga berdampak pada lingkungan yang asri.

Gerakan urban farming yang digalakkan oleh Pertamina tersebut, juga mendukung tiga aspek kehidupan masyarakat, mulai dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dari aspek sosial, akan banyak munculnya kelompok-kelompok warga yang bisa saling tolong menolong dan bersolidaritas.

Dari aspek lingkungan, tanaman hidroponik bisa membantu menghasilkan kadar oksigen tambahan, terlebih jika digalakkan dengan skala yang besar. Lalu, pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi yang tercukupi dari sayuran hidroponik.

“Jika kegiatan ini digalakkan di perkotaan secara masif, akan menekan tingginya penggunaan emisi. Karena kebutuhan sayur mayur biasanya didistribusi dari luar provinsi. Transportasinya membutuhkan bahan bakar dan mengeluarkan emisi. Jika masyarakat bisa menanam tanaman hidroponik, tentunya memperpendek penggunaan emisi,” ujarnya.

Salah satu warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, saat menyiapkan produksi roti (Indodaily.co / Nefri Inge)
Salah satu warga binaan di Lapas Perempuan Palembang, saat menyiapkan produksi roti (Indodaily.co / Nefri Inge)

Dari sisi ekonomi, tanaman hidroponik juga mempunyai pangsa pasar sendiri untuk bisa membantu perekonomian warga. Namun memang dibutuhkan keseriusan dalam hal pemasaran, karena kualitas tanamannya lebih bagus.

Ketua DPRD Sumsel R.A Anita Noeringhati merasa, penguatan pemberdayaan perempuan menjadi langkah yang sangat baik, apalagi yang sudah dilakukan BUMN seperti Pertamina. Karena perempuan menjadi tonggak keluarga, yang harus mempunyai ilmu pengetahuan luas untuk bisa mandiri.

“Penguatan pemberdayaan perempuan seperti yang dilakukan Pertamina itu sangatlah baik. Itu juga yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain dalam penguatan perempuan. Karena, seorang perempuan juga bertugas memikirkan sampai ke hal-hal yang kecil dalam keluarganya, sehingga perempuan membutuhkan ilmu pengetahuan yang luas,” ungkapnya. ***

Pos terkait