INDODAILY.CO, PALEMBANG – Wali Kota Palembang, Harnojoyo mewarning warga agar melakukan antisipasi dan siaga menyusul dampak La Nina yang diprediksi terjadi, hingga Maret 2022, mendatang.
“Saat ini curah hujan sedang tinggi-tingginya, bahkan pada 25 Desember, itu curah hujannya paling tinggi sepanjang 31 tahun, ini sebabnya kemarin terjadi banjir besar di Palembang,” ucap Harnojoyo usai pelaksanaan Apel Siaga Banjir di halaman kantor dinas PUPR Kota Palembang, Selasa (28/12/2021).
Tingginya curah hujan itu, lanjut Harnojoyo, merupakan dampak terjadinya badai La Nina di kota Palembang, makanya perlu dilakukan langkah antisipasi sejak dini agar warga lebih siap terhadap dampak kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.
Fenomena alam seperti ini, lanjut Harno, tak hanya dialami kota Palembang saja, namun hampir seluruh kota di Indonesia. Pihaknya pun sudah siap melakukan langkah antisipasi dengan menyusun skenaria agar bisa mengurangi dampak banjir yang bakal terjadi, lagi.
Skenario mengantisipasi dampak fenomena alam itu, lanjut dia, dirumuskan usai dilakukan pertemuan dengan instansi terkait, seperti pakar lingkungan dari Univeristas Sriwijaya, pihak BMKG serta perangkat daerah kota Palembang.
Adapun langsung yang akan dilakukan seperti memaksimalkan pompanisasi terutama di kawasan wilayah sungai Bendung, melakukan pengerukan di kawasan sungai dan bendungan hingga membuat mulut sungai maupun areal pompanisasi lebih lebar lagi sehingga jalan air bisa lancar.
“Kami akan terus melakukan kajian lingkungan agar banjir bisa di antiasipasi, minimal tidak akan menganggu aktifitas warga lagi. Dengan infrastruktur yang ada, kami berupaya minimal bisa mempercepat genangan agar cepat surut,” katanya.
Harnojoyo juga menyebut, banjir yang terjadi di Palembang saat perayaan natal, beberapa waktu lalu, kata dia, selain karena tingginya curah hujan, dipicu juga karena posisi kota Palembang berada di dataran rendah dengan tingkat resapan air yang minim lantaran mengikisnya rawa dan kawasan resapan air lainnya.
“Semua daerah hujan, semua anak sungai luber dan berlari ke sungai Musi semua, karena posisi Palembang ini berada di dataran rendah sehingga semua air mengalir ke Palembang, pompa juga tidak bisa kita hidupkan semua karena bisa berpengaruh pada kekuatan sedotan air juga. Ini kondisi yang terjadi kemarin,” ungkapnya.
Senada diungkapkan, Kepala Dinas PUPR Kota Palembang, Achmad Bastari Yusak yang menyebut saat ini, pihaknya terus berupaya melakukan langkah agresif agar banjir bisa ditanggulangi dengan infrastruktur yang ada.
Seperti pembangunan dan restorasi di Sungai Sekanak Lambidaro saja, kata dia, sudah bisa mengurangi genangan air di kawasan Rumah Susun, Bukit dan sekitarnya.
“Karena memang kita melakukan pengerukan hingga kedalaman empat meter dari permukaan tanah paling bawah, dari kedalaman sebelumnya tak kurang dari 1,5 meter,” imbuhnya.
Proyek yang menelan anggaran hampir Rp 300an miliar tersebut terbukti mampu mengurangi genangan di sepanjang Sungai Sekanak Lambidaro.
“Jika kita hanya mengandalkan dana APBD dari pemerintah pusat dan pemerintah, sepertinya akan sulit, perlu keterlibatan pihak luar seperti penggunaan dana CSR perusahaan agar ikut peduli membangun infrastruktur lingkungan juga,” terangnya.
Selain butuh dana pengembangan infrastruktur yang besar, menghilangnya rawa menjadi pemicu utama karena faktanya, saat ini, di Palembang hanya tersisa tak capai 20 persen lagi rawa di Palembang lantaran ditimbun dan ditutup pembangunan, terutama pembangunan perumahan.
Hal lain lantaran minimnya kesadaran warga yang masih membuang sampah ke wilayah sungai, drainase sehingga terjadi sendimentasi sungai bahkan pendirian bangunan di atas rawa ikut memicu terjadinya banjir.
“Marilah bersama-sama kita mengurangi dampak banjir dengan sama-sama menjaga lingkungan terutama kawasan sungai,” tukasnya.