Pertanian Harus Didukung Pendidikan, Kadisdik Ciamis: Kembangkan Sejak Dini

INDODAILY.CO, CIAMIS – Kabupaten Ciamis yang terletak di Jawa Barat ini, adalah termasuk wilayah yang berbasis pertanian. Pesawahan dan perkebunan yang sangat luas, tapi untuk sekadar beras saja masih dipasok dari luar daerah.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Aktivis Pemerhati Pertanian Kabupaten Ciamis, Juan Aldebaran. Ia juga mengatakan, tantangan pembangunan pertanian menuntut seluruh komponen di lingkup pertanian untuk berkontribusi dalam mewujudkan pencapaian sasaran strategis bidang pertanian.

Kabupaten Ciamis sendiri kaya akan sumber daya alamnya, sawah yang luas, hamparan perkebunan yang membentang, akan tetapi anak muda saat ini hampir tidak ingin untuk bertani. Mereka yang dari kampung malah pergi ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik dan di tempat lainnya.

“Seharusnya, untuk mengantisipasi krisis petani di Ciamis ini, ada peran-peran pemerintah seperti dinas terkait, kolaborasi antara Dinas Pertanian dan Dinas Pendidikan,” ucapnya Senin 14 Agustus 2023.

Dari dulu hingga sekarang, pertanian ini belum pernah dimasukan pada kurikulum di sekolah. Misalkan dari TK, SD, SMP sudah ada pelajaran-pelajaran pengenalan dunia pertanian.

“Kenapa penting ditanamkan pertanian sejak dini, agar mindset anak ini tidak alergi terhadap pertanian. Jadi diajarkan sejak dini,” jelasnya.

Kata Dia, salah satu Desa di Kabupaten Ciamis, ada seseorang yang memiliki sawah sekitar 1 hektare, sawah itu digarap oleh orang lain, karena pemiliknya sudah tua. Akan tetapi, para penggarap sawah itu semaki lama semakin tua juga dan tak sanggup untuk melanjutkan garapan sawah tersebut. Akhirnya sawah pun terbengkalai.

Generasi selanjutnya, tidak ada yang tertarik untuk menggarap sawah, anak-anak muda memilih pergi ke kota mencari pekerjaan lain ketimbang menggarap sawah. Generasi saat ini, kata Dia, sudah alergi terhadap pertanian, bagaimana generasi anak-anak muda ke depan jika tidak diselamatkan oleh pendidikan.

“Dulu di Ciamis ada sekolah pertanian bernama SPMA atau Sekolah Pertanian Menengah Akhir, kemudian sekitar tahun 80an dipindahkan ke daerah Maloya Kecamatan Cipaku, dan sekarang berganti nama menjadi SMK,” paparnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis, Asep Saeful Rahmat mengatakan, sampai saat ini pertanian belum masuk pada kurikulum di sekolah, akan tetapi di setiap Sekolah Dasar juga sudah ada ekstra kulikuler tentang pengenalan pertanian bagi anak-anak.

“Ekstra kulikuler itu, tentu untuk mencetak program petani milenial dan mengantisipasi kekosongan akibat petani yang umurnya sudah tua, sehingga rantai penerus oleh petani milenial,” ucapnya.

Ia mengatakan, pengenalan di Sekolah Dasar hanya sebatas pengalaman di pelajaran di biologi atau keterampilan, belum terlalu spesifik. Tapi ada juga guru yang mengembangkan pertanian disesuaikan dengan lingkungan.

“Seperti, guru memiliki lahan pertanian yang dikenalkan pada murid, kemudian kegiatan nanam padi dalam polibag bagi siswa yang mengikuti ekstra kurikuler pramuka,” jelasnya.

Sehingga, kata Dia, ke depan anak-anak ini memahami tentang pertanian. Dan gen Z ini bisa suka terhadap pertanian. Contoh di daerah Sukamantri ada sekolah yang sudah bekerjasama dengan Sidomuncul.

“Untuk SMK dengan jurusan pertanian yang ada di Cipaku, memang betul dulunya adalah SPMA yang kemudian dipindahkan ke sana sekitar tahun 80an. Sekarang yang saya tahu, ada perkembangan dan memiliki sekitar 300 siswa lebih,” tukasnya.

Pos terkait