Fenomena El Nino Perburuk Kondisi Pertanian, Agroekolog Harapkan Program Kementan Bantu Petani

petani (Dok pertanian.go.id)
petani (Dok pertanian.go.id)

PALEMBANG, INDODAILY.CO – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Indonesia akan mengalami kemarau panjang karena pengaruh El Nino. Diprediksi puncaknya akan terjadi di Agustus 2023 mendatang.

Fenomena El Nino terjadi saat pemanasan Suhu Muka Laut (SML), di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Bahkan diprediksi, fenomena El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang, akan berdampak pada sekitor pertanian.

Menurut Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) dan Agroekolog Sumsel Syamsul Asinar Radjam, kekeringan yang berkepanjangan menyebabkan kondisi buruk bagi usaha tani.

Pasalnya, tanaman membutuhkan air, yang menyebabkan rentetan resiko yang akan dihadapi oleh para petani, terutama di Sumsel.

Bacaan Lainnya

“Risiko pertama, kekeringan berkepanjangan akan menghambat pertumbuhan tanaman, mengurangi produktivitas, bahkan kematian tanaman hingga petani dapat mengalami gagal panen,” katanya, Sabtu (10/6/2023).

Risiko kedua yang berkaitan dengan kondisi musim tanam. Terlebih bagi para petani tanaman budidaya, yang menanam saat ketersediaan air cukup.

Dengan terjadinya kondisi kekeringan, dapat mengakibatkan musim tanam tertunda dan memperkecil luas bidang tanaman. Dan risiko terakhir yakni, diprediksi akan terjadi ledakan hama dan penyakit tanaman.

Untuk mengantisipasi dampak buruk dari fenomena El Nino, program pemerintah terutama Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi sangat penting.

Seperti pembangunan embung atau waduk, rehabilitasi irigasi, hibah pompa hingga asuransi pertanian menjadi penting sebagai upaya mitigasi bencana seperti El Nino.

Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) dan Agroekolog Sumsel Syamsul Asinar Radjam (Dok. Pribadi Syamsul Asinar Radjam / Indodaily.co)
Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) dan Agroekolog Sumsel Syamsul Asinar Radjam (Dok. Pribadi Syamsul Asinar Radjam / Indodaily.co)

Menurutnya, pembangunan embung atau rehabilitasi irigasi, mutlak memerlukan pemulihan ekologi di kawasan pertanian.

“Misalnya, dengan meningkatkan penyerapan air tanah melalui pelestarian hutan dan mata air yang menjadi sumber embung dan irigasi,” papar alumni Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Sumsel ini.
Syamsul juga setuju dengan cara pemerintah untuk memberikan penyuluhan kepada para petani, dengan memberikan sebagai antisipasi menghadapi kerugian akibat El Nino, yakni memulai melakukan pengisian atau menabung air dengan sumur resapan.

Di antaranya, menabung air di sumur-sumur resapan, dan paling penting adalah membangun daya tahan tanah terhadap resiko kekeringan.

Caranya dengan sebanyak mungkin mengembalikan bahan organik ke tanah pertanian untuk meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air.

“Bahan organik seperti kompos, kotoran ternak, arang (biochar), maupun mulsa alami (jerami),” ungkapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) sudah melakukan antisipasi dan persiapan dalam menghadapi ancaman kekeringan akibat cuaca ekstrim seperti El Nino.

Kementan yang dipimpinan dengan sigap membentuk gugus tugas yang secara khusus untuk menangani hal tersebut.

“Saya meminta untuk dibentuk gugus tugas di setiap wilayah. Kita semua harus duduk bersama untuk merumuskan semuanya, dimulai dari pemetaan wilayah, konsep kelembagaan, hingga rencana aksinya,” kata SYL.

Pos terkait