INDODAILY.CO, PALEMBANG – Guna mengejar agar mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) cepat menuntaskan pendidikan, Rektor Unsri, Prof Dr Anis Sagaff MSCE menetapkan skala prioritas pendidikan bagi seluruh pengajar.
“Karena Unsri ini salah satu kampus yang masuk akreditasi unggulan, maka saya ingin mahasiswa cepat lulus dengan menetapkan percepatan dalam pola pengajaran,” kata Anis usai mewisuda 1.078 Mahasiswa secara daring di Gedung Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Rabu (15/12/2021). Tak heran dalam satu tahun saja, Unsri menggelar kegiatan wisuda hingga enam kali setahun.
Anis mengatakan, bahwa jika dihitung dari jumlah mahasiswa yang masuk dengan jumlah mahasiswa yang keluar di Unsri itu sudah seimbang.
“Untuk saat ini rata rata mahasiswa sudah tepat waktu semua yang menamatkan pendidikan di Unsri, kalaupun ada terlambat itu karena sakit atau ada kegiatan lain. Tapi tidak ada lagi yang tamat lebih dari 5 tahun,” ucapnya.
Anis menuturkan, mahasiswa Unsri tidak ada lagi yang menamatkan pendidikannya diatas 5 tahun, karena Unsri membenahi sistem pelayanan dan proses belajar mengajar.
“Pola belajar seperti penjajahan tidak ada lagi sejak Mendikbud-Ristek pak Nadiem Makarim. Beliau membersihkan pola seperti penjajahan dengan sistem Merdeka Belajar. Sebagai contoh dosen disumpah untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,” terangnya.
Anis menyebut, akan tetapi dulu ada saja dosen yang ketika mahasiswa mau menghadap bimbingan beralasan tidak bisa karena sibuk. Sekarang, dosen juga mengedepankan pola kekeluargaan, bagi mahasiswa yang salah ditegur dan yang berprestasi diapresiasi.
“Selain itu, kita mengambil contoh pola di Malaysia, Brunai dan Singapura dimana dalam risetnya dosen dan mahasiswa tidak berbeda,” tuturnya.
Ketika ditanya proses pembelajaran kedepan, Anis menjelaskan, nantinya tidak hanya luring tapi juga daring. Jadi kedepan, saat pembelajaran ada yang luring tatap muka namun juga bisa diikuti banyak mahasiswa secara daring.
Lebih lanjut Anis mengatakan, tidak boleh ada mahasiswa yang ekonomi lemah menangis karena tidak bisa membayar uang kuliah. KIP kuliah di Unsri kuota awalnya 950 orang, ternyata yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan KIP kuliah mencapai 1.200 orang.
“Kita perjuangkan agar Unsri diberi 1.200 orang, dan kuota itu disetujui Mendikbud-Ristek. Kemudian kita tambah lagi 300 orang lagi. Kalau misal masih ada mahasiswa yang orang tuanya bangkrut, maka akan kita bantu UKT-nya. Sesuai visi saya tidak boleh ada mahasiswa menangis karena tidak bisa membayar bayaran UKT,” ungkapnya.
Menurutnya, bahwa kalau ada mahasiswa yang kuliah dan ternyata orang tuanya mengalami masalah ekonomi, lapor ke pihak Wakil Rektor 3 maka akan di bantu UKT-nya.
“Kewajiban Perguruan Tinggi dalam memberikan KIP kuliah itu 20 persen. Dan Unsri telah memberikan bantuan KIP kuliah sampai 25 persen,” tandasnya. (dewi).