Miliki Keterbatasan Fisik, Pria Ciamis Pengrajin Kayu Tetap Semangat Berjuang

Keterbatasan fisik bukanlah menjadi penghalang bagi mereka yang mau bekerja keras dan terus berusaha. Ada banyak cara yang bisa dilakukan dan terbukti mampu memberikan manfaat yang besar. 

INDODAILY.CO, CIAMIS – Keterbatasan fisik bukanlah menjadi penghalang bagi mereka yang mau bekerja keras dan terus berusaha. Ada banyak cara yang bisa dilakukan dan terbukti mampu memberikan manfaat yang besar.

Seperti yang dilakukan oleh seorang pria asal Kabupaten Ciamis bernama Wahyudin (60), dengan segala keterbatasan yang dialami, hal tersebut justru tak membuat dirinya menyerah.

Wahyudin adalah pria penyandang disabilitas yang semangat dalam berkarya, tidak memiliki kaki yang sempurna tidak membuat dirinya putus asa. Dia seorang pengrajin kayu dan alat perkakas (golok).

Wahyudin tinggal bersama istri dan kedua anaknya di Dusun Sukawening RT/RW 01/08 Desa Tanjungsari Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Anak pertamanya adalah perempuan berusia 20 tahun, saat ini tinggal bersama di rumahnya, Dia harus rela berhenti belajar di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) yang ada di Manonjaya Tasikmalaya karena keterbatasan biaya.

Bacaan Lainnya

Wahyudin dan istrinya sudah tidak sanggup membiayai anak pertamanya untuk menimba ilmu, bahkan sekolah pun tidak bisa melanjutkan sampai tamat di bangku SMK.

8 tahun yang lalu, Wahyudin seorang tukang kuli bangunan, namun karena takdir berkata lain, dirinya harus mengalami amputasi kaki sebelah kiri karena suatu penyakit.

Sejak kehilangan 1 kaki, 8 tahun lalu Wahyudin langsung berhenti menjadi tukang kuli bangunan, karena tidak sanggup untuk memanjat ke atas ketinggian.

“Kalau jadi kuli bangunan kan harus memanjat, sedangkan kaki palsu yang saya pakai sering lepas kalau lagi manjat,” ujar Wahyudin kepada Indodaily.co Sabtu (9/4/2022).

Wahyudin tidak menyerah, setelah kehilangan kakinya, Dia alih profesi menjadi pengrajin kayu. Namun karena keterbatasan modal yang Ia miliki, dia mengerjakan sesuai pesanan.

Misalkan ada yang memesan kusen (kayu buat bangunan rumah seperti bahan jendela, pintu dll). Atau pesanan membuat coet (alat buat bikin sambal) dari kayu.

Dua tahun lalu Wahyudin mencoba menambah kerajinan, yaitu membuat golok. Namun hanya bertahan 2 tahun karena lagi-lagi keterbatasan modal. Apalagi menurutnya, bahan-bahan baku untuk pembuatan golok itu sangat mahal.

Golok pun jika ada yang pesan baru Dia buat, dan harus cash. Karena kalau keredit seperti tempat-tempat meubel lain, Ia tidak sanggup untuk mengeluarkan modal yang begitu besar.

Untuk bahan baku atau bahan dasar pembuatan 1 golok saja mencapai Rp150.000 itu belum termasuk ongkos dan yang lainnya, sedangkan 1 buah golok dijual dengan harga Rp250.000.

Untuk penghasilan yang Dia dapatkan tidak pernah menentu, karena pekerjaannya hanya sesuai yang dipesan oleh pelanggan dan tidak produksi setiap hari.

“Kadang satu bulan bisa mendapat penghasilan 1 juta rupiah, kadang tidak dapat sama sekali, karena tidak ada pemesanan,” ucapnya.

Namun, Dia tetap bersyukur kepada tuhan karena dengan keterbatasan fisiknya ini, masih diberikan kesehatan untuk menafkahi keluarganya.

“Alhamdulilah saya diberikan kekuatan untuk menjalani hidup ini oleh tuhan, dan dengan keadaan saya seperti ini, keluarga saya tidak pernah sampai kelaparan,” tukasnya.

 

Pos terkait